Selasa, 29 Januari 2013

Konsumsi LPG Negara-Negara di Dunia

Tugas 6

Konsumsi LPG Negara-Negara di Dunia

Zaenal Abidin (4209100102)
Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

1. Pendahuluan                                   

Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun bercabang), sikloalkanahidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikanmolekulnya masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas.

Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsurkarbon dan hidrogen dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.

Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana(C16H34) akan disuling menjadi dieselkerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon 16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada musim dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok. Di beberapa negara, propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan masyarakat sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.

Elpiji, pelafalan bahasa Indonesia dari akronim bahasa InggrisLPG (liquified petroleum gasharafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana(C2H6) dan pentana (C5H12).

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.

Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.

LPG terdiri terutama dari propana dan butana, sementara gas alam terdiri dari metana dan etana ringan. LPG, menguap pada tekanan atmosfer, memiliki nilai kalori yang lebih tinggi (94 MJ/m3 setara dengan 26.1kWh/m3) dari gas alam (metana) (38 MJ/m3 setara dengan 10,6 kWh/m3), yang berarti bahwa LPG tidak bisa hanya diganti untuk gas alam. Dalam rangka untuk memungkinkan penggunaan kontrol burner yang sama dan untuk menyediakan karakteristik pembakaran yang sama, LPG dapat dicampur dengan udara untuk menghasilkan gas alam sintetis (SNG) yang dapat dengan mudah diganti. LPG / udara pencampuran rasio rata-rata 60/40, meskipun ini banyak variabel didasarkan pada gas yang membentuk LPG. Metode untuk menentukan rasio pencampuran adalah dengan menghitung indeks Wobbe dari campuran. Gas memiliki indeks Wobbe yang sama diadakan untuk dipertukarkan.

LPG berbasis SNG digunakan dalam sistem cadangan darurat untuk instalasi publik, industri dan militer banyak, dan banyak utilitas menggunakan LPG tanaman puncak cukur di saat permintaan tinggi untuk membuat kekurangan dalam gas alam yang dipasok ke sistem mereka distribusi. LPG-SNG instalasi juga digunakan selama perkenalan sistem gas awal, ketika infrastruktur distribusi di tempat sebelum pasokan gas dapat dihubungkan. Pasar berkembang di India dan Cina (antara lain) menggunakan LPG-SNG sistem untuk membangun basis pelanggan sebelum memperluas sistem yang ada gas alam.

LPG yang tersedia secara komersial saat ini berasal dari bahan bakar fosil. Pembakaran LPG rilis CO2, gas rumah kaca yang penting, berkontribusi terhadap pemanasan global. LPG, bagaimanapun, melepaskan Unit CO2per kurang energi daripada batubara atau minyak. Ini memancarkan 81% dari kWh per CO2 yang dihasilkan oleh minyak, 70% dari batubara, dan kurang dari 50% dari yang dipancarkan oleh batubara-listrik yang dihasilkan didistribusikan melalui grid. Menjadi campuran propana dan butana, elpiji memancarkan karbon kurang per joule dari butana, tetapi lebih banyak karbon per joule daripada propana.

LPG dapat dipertimbangkan untuk membakar lebih bersih daripada hidrokarbon berat molekul, dalam hal melepaskan partikel sangat sedikit.

Bahan bakar

Jenis produk paling umum dari penyulingan minyak Bumi adalah bahan bakar. Jenis-jenis bahan bakar itu antara lain (dilihat dari titik didihnya).

Tabel 1. Hasil penyulingan Minyak Bumi
Hasil penyulingan minyak Bumi
Nama bahan bakar
Titik didih oC
Elpiji (LPG)
-40
-12 sampai -1
-1 sampai 180
150 sampai 205
205 sampai 260
205 sampai 290
260 sampai 315

Gas metana sama dengan gas elpiji ( liquidified petroleum gas/LPG). Perbedaannya adalah gas metan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
  • Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
  • Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
  • Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
  • Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
  • Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.




Tabel 2. Lapangan MIGAS

Field, Country
Size estimate
1. Ghawar, Saudi Arabia
75-83 billion barrels
Saudi fields overall are in decline at 2% to 8% a year.
2. Burgan, Kuwait • in decline
66-72 billion barrels
3. Cantarell, Mexico • in decline
35 billion barrels
(often listed as a large complex of multiple smaller fields)
18 billion recoverable
4. Bolivar Coastal, Venezuela
30-32 billion barrels
5. Safaniya-Khafji, Saudi Arabia/Neutral Zone
30 billion barrels
6. Rumailia, Iraq
20 billion barrels
7. Tengiz, Kazakhstan • significant production to come
15-26 billion barrels
8. Ahwaz, Iran • in decline
17 billion barrels
9. Kirkuk, Iraq
16 billion barrels
10. Marun, Iran
16 billion barrels
11. Daqing, China • in decline
16 billion barrels
12. Gachsaran, Iran
15 billion barrels
13. Aghajari, Iran
14 billion barrels
14. Samotlor, West Siberia, Russia • in decline
14-16 billion barrels
15.Prudhoe Bay, Alaska, USA • in decline
13 billion barrels
16. Kashagan, Kazakhstan • significant production to come
13 billion barrels
17. Abqaiq, Saudi Arabia
12 billion barrels
18. Romashkino, Volga-Ural, Russia • in decline
12-14 billion barrels
19. Chicontepec, Mexico
12 billion barrels
20. Berri, Saudi Arabia
12 billion barrels
21. Zakum, Abu Dhabi, UAE
12 billion barrels
22. Manifa, Saudi Arabia
11 billion barrels
23. Faroozan-Marjan, Saudi Arabia/Iran
10 billion barrels
24. Marlim, Campos, Brazil • in decline
10-14 billion barrels


2. Sejarah Penggunaan LPG

Sebelum gas alam dikembangkan, di akhir tahun 1760 dan awal tahun 1770 digunakan batu bara dalam membuat gas. Batubara terdiri dari karbon bercampur dengan berbagai kotoran, jika dipanaskan dalam wadah tertutup rapat tanpa udara (pirolisis) berbagai kotoran batubara akan didorong keluar sebagai asap kotor yang tebal danmeninggalkan karbon murni dalam bentuk coke. Selama bertahun-tahun,asap itu dianggap bahan tidak berguna. Seiring dengan perkembangan jaman, orang mulai menyadari potensi dari asap itu. Jika asap dari retort dibiarkan dingin, tar dan minyak akan keluar danmeninggalkan gas murni yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, meskipun sangat bau. Proses ini dikembangkan oleh Murdock William di 1790, dengan menambahkan penyaring untuk mengurangi bau. Gas tersebut digunakan untuk kebutuhan domestic dan industri. Pada tahun 1797, dia mendirikan plant di luar pabrik Boulton dan Watt di Birmingham dan pada tahun 1805 didirikan di pabrik katun besar di Salford. Operasi komersial skala besar pertama, yaitu memasok gas untuk penerangan jembatan Westminster di London melalui pipa kayu, didirikan pada 1813 oleh London dan Westminster Gas Light dan Coke Company. Pertengahan abad ke-19 sebelum industri ini sangat luar biasa, hukum harus diubah untuk memperbolehkan penggalian jalan untuk meletakkan pipa bawah tanah dan dengan berbagai masalah lainnya. Pembangunan di abad ke-19 berjalan cepat, pada 1870-an 'shift malam' sebuah pabrik menggunakanpenerangan gas batubara. Sampai saat Perang Dunia Pertama gas yang dihasilkan sering disebut “light gas” karena penggunaan utamanya adalah untuk pencahayaan. Barulah pada pertengahan tahun 1920-an, setiap orang membentuk suatu bentuk usaha yang tepat untuk pengujian desain baru peralatan gas (dibentuk oleh the Gas Light and Coke Company)yang memungkinkan pembentukan standar yang tepat untuk keselamatan.

Selama tahun 1930-an percobaan dibuat dengan mengontakkan hidrogen ke tar untuk menghasilkan sesuatu yang mirip dengan bahan bakar minyak (proses ini disebut“gasifikasi”), ICI membangun “petrol plant” untuk membuat barang-barang itu di pertengahan 1930an dan Jerman sangat tergantung padanya untuk bahan bakar selama Perang Dunia Kedua. Namun metode pembuatan bensin ini mahal dan tidak dieksploitasi di Inggris (lihat juga Minyak dan LPG untuk rincian karya ICI). Baru-baru ini telah ada kebangkitan kepentingan dalam proses ini, tetapi ini adalah terutama yang berbasis di Amerika Serikat.

LPG disintesis oleh kilang minyak atau "wet natural gas” , dan biasanya berasal dari bahan bakar fosil, yang diproduksi selama pemurnian minyak mentah , atau diekstrak dari minyak atau gas arus ketika mereka keluar dari tanah. Ini pertama kali diproduksi pada tahun 1910 oleh Dr Walter Snelling , dan produk-produk komersial pertama muncul pada tahun 1912. Saat ini menyediakan sekitar 3% dari energi yang dikonsumsi, danpembakaran bersih tanpa jelaga dan emisi sulfur sangat sedikit, tidak menyebabkan pencemaran tanah dan air. LPG (liquified petroleum gas) adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana(C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1. Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F). Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertaminanadalah elpiji campuran.

Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).

3. Penggunaan LPG

2.1. Indonesia

sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah Indonesia akan konversi minyak tanah ke LPG. Konsumsi LPG semakin meningkat, namun tidak diiringi dengan suplai LPG, akibatnya sering terjadi kelangkaan LPG awal tahun kemaren. Akhirnya, Pertamina sebagai suplayer kebutuhan energi dalam negeri dituntut lebih dalam hal ini. Akhirnya Impor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi terutama LPG semakin meningkat.

Program konversi minyak tanah ke LPG ini bermaksud untuk mengurangi anggaran APBN tentang  minyak tanah menjadi separuhnya. Selain itu, program ini akan menguntungkan kilang minyak di Indonesia karena produk kerosene mempunyai nilai tambah (added value) sebagai bahan bakar avtur yang non subsidi. Sekaligus dapat meningkatkan produksi produksi gas oil dan mengurangi ketergantungan impor gas oil. Pelaksanaan program ini dilakukan secara bertahap dengan menghilangkan subsidi minyak tanah ke LPG, memberikan tabung 3 kg gratis beserta kompor LPG sederhana.

Namun tetap program konversi ini tidak diimbangi dengan persediaan LPG yang ada, karena itu kadang terjadi kelangkaan LPG di daerah2. Kebutuhan LPG pada tahun 2010 mencapai 6 juta ton. Namun persediaan dalam negeri mencapai 2 juta ton saja. Sehingga masih kurang persediaan sekitar 4 juta ton lagi. Karena itu harus mengimpor lagi 4 juta ton lagi, pasokan LPG berasal dari Timur tengah, Australia, dan juga Thailand yang bersedia menjadi pemasok LPG di Indonesia.

Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral — Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi — telah membuat blue print Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG 2007-2012. Berdasarkan blue print yang telah dibuat tersebut, daerah Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang akan dikonversi pemakaiaan minyak tanah bersubsidi ke LPG 3 kg oleh Pemerintah dengan jumlah estimasi pengguna minyak tanah bersubsidi yang akan dikonversi ke pengguna LPG 3 kg sebesar 8,7 juta kepala keluarga.

Program konversi mitan ke LPG 3 kg akan diselesaikan tahun 2009 untuk daerah Provinsi Jawa Timur. Adapun besar calon penerima LPG 3 kg per kepala keluarga di setiap daerah di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut:



Grafik 1: Kuota Calon Penerima LPG 3 kg

Dengan menggunakan asumsi pemakaian LPG 3 kg per kepala keluarga adalah sebesar 9 kg LPG per bulan, maka didapatkan grafik konsumsi LPG 3 kg untuk tiap bulannya adalah sebagai berikut:


Grafik 2: Konsumsi LPG 3 kg di tiap daerah

Jumlah konsumsi LPG 3 kg yang cukup besar tersebut, seharusnya juga harus didukung dengan kesiapan infrastruktur LPG 3 kg di daerah Provinsi Jawa Timur. Kesiapan infrastruktur dibutuhkan agar masyarakat di daerah Provinsi Jawa Timur dapat dengan mudah mendapatkan LPG 3 kg tanpa ada rasa beban psikologis akan terjadinya kelangkaan.

Untuk infrastuktur LPG yang ada selama ini adalah infrastukutur rantai distribusi LPG untuk 6 kg, 12 kg, 50 kg tergambar seperti dibawah ini:




Gambar 1: Alur rantai distribusi LPG

Adapun infrastuktur rantai distribusi minyak tanah bersubsidi selama ini seperti tergambar di bawah ini:


Gambar 2 : Alur distribusi minyak tanah bersubsidi

Program konversi ke LPG juga bertujuan agar rantai distribusi minyak tanah bersubsidi dikonversi menjadi rantai distribusi LPG. Sehingga rantai LPG 3 kg bersubsidi adalah mengubah agen pangkalan minyak tanah (APMT) menjadi Agen LPG 3 kg, pangkalan minyak tanah (PMT) menjadi pangkalan LPG 3 kg, dan para pengecer mitan bersubsidi menjadi pengecer LPG 3 kg.

Rantai distribusi untuk LPG 3 kg yang akan dibuat adalah :


Gambar 3 : Alur distribusi baru LPG 3 kg

Dari rantai distribusi LPG 3 kg tersebut, akan dibahas kebutuhan infrastrukutur LPG 3 kg yang harus ada. Kebutuhan infrastrukur harus disesuaikan dengan kebutuhan LPG 3 kg warga yang ada di daerah Provinsi Jawa Timur. Dengan menggunakan asumsi kuota 90% dari jumlah kepala keluarga dari Badan Pusat Statistik - Potensi Desa 2005-, untuk mendapatkan jumlah konversi pengguna minyak tanah bersubsidi ke LPG 3 kg. Jumlah kepala keluarga di provinsi Jawa Timur adalah 9. 694.644, dengan asumsi kuota 90% maka 8.725.180 kepala keluarga yang akan menggunakan LPG 3 kg. Dengan asumsi konsumsi LPG 3 kg per kepala keluarga adalah 9 kg/bulan maka dibutuhkan 87.252.000 kg (87.252 ton) LPG per bulan atau 2.908 ton per hari. Dengan pengisian per 3 kg untuk 1 tabung, maka akan dibutuhkan 969.333 tabung 3 kg per hari.

Dari kebutuhan LPG 3 kg yang sangat besar tersebut, infrastruktur yang harus ada mulai dari depot LPG, SPPBE, agen LPG 3 kg, pangkalan LPG 3 kg. Saat ini, fasilitas infrastuktur LPG yang ada hanya bisa memenuhi LPG sekala tabung: 6 kg, 12 kg, 50 kg. Belum ada informasi yang menyatakan telah diberoperasi SPPBE khusus untuk LPG 3 kg. SPPBE yang ada melakukan filling (pengisian) untuk LPG 3 kg dalam rangka mendukung program konversi minyak tanah bersubsidi ke LPG 3 kg yang sedang berlangsung di beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur yaitu: kota Surabaya, kab. Sidoarjo, kab. Gresik, kab. Malang, dan kota Malang. Adapun fasilitas infrastruktur LPG yang ada di daerah provinsi Jawa Timur untuk saat ini adalah:

Kapasitas Depot LPG dan SPPBE merupakan infrastruktur yang terpenting di dalam rantai distribusi LPG. Dengan kapasitas depot LPG yang ada, tidak akan cukup untuk memenuhi LPG 3 kg yang dibutuhkan. Oleh karena itu, harus dibangun Depot LPG baru yang dapat menyimpan LPG sebanyak 14 X 2.908 ton = 40.172 ton. Adapun angka 14 dibuat sebagai angka buffer (stok cadangan) agar tidak terjadi kekurangan supply LPG. Untuk mengamankan pengisian tabung LPG 3 kg, maka harus dibangun SPPBE yang dapat memenuhi 2.908 ton/hari atau 87.252 ton/bulan. Dengan kapasitas SPPBE yang ada hanya dapat menghasilkan filling sebesar 10.000 Metric Ton (MT) /bulan, tidak mungkin cukup untuk memenuhi permintaan LPG 3 kg. Asumsi kapasitas filling 1 SPPBE adalah 2000 Metric Ton/bulan, maka harus dibangun sekitar 44 SPPBE baru (87.252 ton/bulan dibagi 2000 Metric Ton/bulan). Pembangunan 1 SPPBE membutuhkan dana sekitar Rp. 5-10 milyar. Total dana yang dibutuhkan untuk membangun 44 SPPBE sekitar Rp. 220-440 milyar.

Agen LPG 3 kg


Untuk mengkonversi agen minyak tanah (APMT) menjadi agen LPG 3 kg, dibutuhkan modal investasi yang besar. Asumsi yang digunakan adalah: para agen membeli 10.000 tabung dengan isi 3 kg LPG yang setara dengan sekitar 52.000 liter minyak tanah ( 52 KL). Investasi yang diperlukan para agen LPG 3 kg adalah untuk membeli tabung LPG 3 kg sebanyak sekitar 10.000 tabung yang akan digunakan sebagai rolling ke pangkalan LPG 3 kg. Para agen LPG 3 kg untuk membeli 10.000 tabung, maka modal investasi yang dibutuhkan untuk membeli tabung dan isi yang seharga Rp 150 ribu x 10.000 tabung = Rp 1.500.000.000 diluar fasilitas gudang dan mobil angkut. Modal yang cukup besar tersebut tentu harus menjadi pertimbangan khusus. Ada kemungkinan para agen minyak tanah tidak memiliki modal untuk bisa mengkonversi menjadi agen LPG 3 kg, sehingga perlu dicari solusi yang baru agar rantai distribusi LPG 3 kg tidak terputus.
Pangkalan LPG 3 kg

Untuk mengkonversi pangkalan minyak tanah (PMT) menjadi pangkalan LPG 3 kg, juga dibutuhkan modal investasi yang besar. Asumsi yang digunakan adalah: para PMT membeli 1.000 tabung dengan isi 3 kg LPG yang setara dengan 5.200 liter minyak tanah. Investasi yang diperlukan para pangkalan LPG 3 kg adalah untuk membeli tabung LPG 3 kg sebanyak sekitar 1000 tabung yang akan digunakan sebagai rolling ke konsumen akhir atau ke pengecer. Para pangkalan LPG 3 kg untuk membeli 1000 tabung, maka modal investasi yang dibutuhkan untuk membeli tabung dan isi yang seharga Rp 150 ribu x 1000 tabung = Rp 150.000.000 diluar fasilitas gudang. Modal yang cukup besar tersebut tentu harus menjadi pertimbangan khusus. Ada kemungkinan para pangkalan minyak tanah tidak memiliki modal untuk bisa mengkonversi menjadi pangkalan LPG 3 kg, sehingga perlu dicari solusi yang baru agar rantai distribusi LPG 3 kg tidak terputus. Berdasarkan informasi dari Direktur Pemasaran dan Niaga PT. Pertamina, Ir. Ahmad Faisal, bahwa PT. Pertamina akan memberikan pinjaman ke para PMT sebesar 50 juta rupiah melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ( PKBL ). Semoga bantuan tersebut bisa cair sehingga masalah beban permodalan yang ada di para PMT bisa berkurang.

Pengecer LPG 3 kg

Untuk mengkonversi pengecer minyak tanah (PMT) menjadi pengecer LPG 3 kg, juga dibutuhkan modal investasi yang besar. Investasi yang diperlukan para pengecer LPG 3 kg adalah untuk membeli tabung LPG 3 kg sebanyak sekitar 100 tabung yang akan digunakan sebagai rolling ke konsumen akhir. Para pengecer LPG 3 kg untuk membeli 100 tabung, maka modal investasi yang dibutuhkan untuk membeli tabung dan isi yang seharga Rp 150 ribu x 100 tabung = Rp 15.000.000. Modal yang cukup besar tersebut tentu harus menjadi pertimbangan khusus.

2.2. Mancanegara

- Pemanasan Pedesaan
Terutama di Eropa dan wilayah pedesaan di banyak negara, LPG dapat memberikan alternatif untuk listrik dan minyak pemanas (minyak tanah). LPG yang paling sering digunakan di mana tidak ada akses ke pipa gas alam.

LPG dapat digunakan sebagai sumber daya untuk gabungan panas dan teknologi listrik (CHP). CHP adalah proses menghasilkan tenaga listrik dan panas yang berguna dari sumber bahan bakar tunggal. Teknologi ini telah memungkinkan LPG untuk digunakan bukan hanya sebagai bahan bakar untuk pemanasan dan memasak, tetapi juga untuk de-sentralisasi pembangkit listrik.

LPG dapat disimpan dalam berbagai cara. LPG, seperti bahan bakar fosil lainnya, dapat dikombinasikan dengan sumber daya terbarukan untuk memberikan keandalan yang lebih besar sementara masih mencapai beberapa pengurangan emisi CO2.

- Motor bakar

LPG mengisi konektor pada mobil

Simbol berlian putih berbatasan hijau digunakan pada LPG-kendaraan bertenaga di Cina
Ketika LPG digunakan untuk bahan bakar mesin pembakaran internal, sering disebut sebagai Autogas atau propana otomatis. Di beberapa negara, telah digunakan sejak tahun 1940-an sebagai alternatif bensin untuk mesin pengapian busi. Di beberapa negara, ada aditif dalam cairan yang memperpanjang umur mesin dan rasio butana propana untuk disimpan cukup tepat dalam bahan bakar LPG. Dua studi terbaru telah memeriksa LPG-bahan bakar minyak campuran bahan bakar dan menemukan bahwa asap emisi dan konsumsi bahan bakar berkurang tetapi emisi hidrokarbon meningkat Penelitian itu dibagi pada emisi CO, dengan satu menemukan peningkatan yang signifikan, dan yang lainnya menemukan sedikit peningkatan pada beban mesin rendah tetapi penurunan yang cukup besar pada beban mesin tinggi [6]. Keuntungan adalah bahwa hal itu tidak beracun, non-korosif dan bebas dari tetraethyllead atau aditif, dan memiliki nilai oktan yang tinggi (102-108 RON tergantung pada spesifikasi lokal). Ini membakar lebih bersih daripada bensin atau bahan bakar minyak dan terutama bebas dari partikulat dari kedua.

LPG memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dari baik bensin atau bahan bakar minyak, sehingga konsumsi bahan bakar setara lebih tinggi. Banyak pemerintah mengenakan pajak kurang pada LPG dari pada bensin atau bahan bakar minyak, yang membantu mengimbangi konsumsi lebih besar dari LPG daripada bensin atau bahan bakar minyak. Namun, di banyak negara Eropa ini keringanan pajak sering dikompensasi oleh pajak jalan jauh lebih tinggi tahunan pada mobil menggunakan LPG dari pada mobil menggunakan bensin atau bahan bakar minyak. Propana adalah yang paling banyak digunakan ketiga bahan bakar motor di dunia. 2.008 perkiraan adalah bahwa lebih dari 13 juta kendaraan di seluruh dunia yang didorong oleh gas propana. Lebih dari 20 juta ton (lebih dari 7 miliar US galon) yang digunakan setiap tahun sebagai bahan bakar kendaraan.
Tidak semua mesin mobil yang cocok untuk digunakan dengan LPG sebagai bahan bakar. LPG menyediakan pelumasan silinder kurang atas dari bensin atau solar, sehingga LPG-mesin berbahan bakar lebih rentan terhadap valve pakai jika mereka tidak sesuai dimodifikasi. Banyak mesin diesel common rail yang modern merespon dengan baik untuk menggunakan LPG sebagai bahan bakar tambahan. Di sinilah LPG digunakan sebagai bahan bakar serta diesel. Sistem sekarang tersedia yang mengintegrasikan dengan sistem manajemen mesin OEM.

- Pendinginan

LPG berperan dalam menyediakan off-grid-pendinginan, biasanya dengan cara kulkas penyerapan gas.

Blended murni, propana kering (penanda refrigeran R-290) dan isobutana (R-600A) campuran-"R-290a"-memiliki potensi penipisan ozon dan potensi pemanasan diabaikan sangat rendah global dan dapat berfungsi sebagai pengganti fungsional untuk R- 12, R-22, R-134a, dan chlorofluorocarbon atau hydrofluorocarbonrefrigerants dalam pendingin stasioner konvensional dan sistem pendingin udara.

Substitusi tersebut secara luas dilarang atau putus asa di motor udara sistem pendingin kendaraan, dengan alasan bahwa menggunakan hidrokarbon yang mudah terbakar dalam sistem awalnya dirancang untuk membawa non-mudah terbakar refrigeran menyajikan risiko yang signifikan dari kebakaran atau ledakan.

Vendor dan pendukung refrigeran hidrokarbon menentang larangan tersebut dengan alasan bahwa telah terjadi insiden tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah sistem pendingin kendaraan udara dipenuhi dengan hidrokarbon. Satu tes khusus dilakukan oleh seorang profesor di University of New South Wales yang sengaja menguji skenario kasus terburuk dari kerugian refrigeran tiba-tiba dan lengkap ke dalam kompartemen penumpang diikuti dengan penyalaan berikutnya. Dia dan beberapa orang lain di dalam mobil berkelanjutan luka bakar ringan di wajah mereka, telinga, dan tangan, dan beberapa pengamat menerima luka dari ledakan kaca jendela penumpang depan. Tidak ada yang terluka parah.

- Memasak

Menurut Sensus 2011 dari India, 28,5% rumah tangga India atau 33,6 juta rumah tangga di India menggunakan LPG sebagai bahan bakar memasak pada tahun 2011, yang dipasok ke rumah mereka baik dalam silinder bertekanan atau melalui pipa. [19] LPG disubsidi oleh pemerintah di India. Kenaikan harga LPG telah menjadi masalah sensitif secara politis di India karena berpotensi mempengaruhi pola tengah classvoting perkotaan.

LPG pernah menjadi bahan bakar memasak populer di Hong Kong, namun, berlanjutnya ekspansi gas kota untuk bangunan telah mengurangi penggunaan LPG hingga kurang dari 24% dari unit perumahan.

LPG adalah bahan bakar memasak yang paling umum di daerah perkotaan Brasil, yang digunakan di hampir semua rumah tangga. Keluarga miskin menerima hibah pemerintah ("Vale Gas") digunakan secara eksklusif untuk akuisisi LPG.


Gambar 3. Grafik Energi primer yang dipakai di dunia

3.3. Transportasi

KONVERSI  Bensin ke BBG 

Permasalahan umum yang dihadapi dunia pada dewasa ini adalah semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak, disamping dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan bakar minyak tersebut.

Fenomena ini mendorong manusia untuk berusaha mencari bahan bakar alternatif yang diharapkan mampu mengatasi kedua permasalahan di atas secara serentak. Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang dimungkinkan untuk menggantikan bahan bakar minyak terutama yang digunakan untuk kendaraan bermotor adalah bahan bakar gas (BBG).

BBG merupakan gas alam dengan komponen utamanya methana, jenis bahan bakar ini banyak ditemukan di hampir semua ladang minyak di Indonesia baik di daratan maupun di lepas pantai

Bahan Bakar Gas atau BBG mulai diperkenalkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 1986. Pada tahun 1989 BBG mulai dipasarkan secara komersial dengan target pemasaran angkutan publik seperti mikrolet, bis kota dan taksi. Setelah berlangsung kurang lebih 13 tahun, pemasaran BBG di Indonesia tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Saat ini BBG telah terbukti sebagai pilihan yang lebih baik di bidang transportasi. Data menunjukkan bahwa BBG yang mulai dicoba oleh pemerintah melalui pertamina pada tahun 1987 memiliki beberapa keuntungan diantaranya lebih murah dari BBM, lebih ringan dari udara, usia mesin lebih lama, perawatan lebih murah dan tidak mencemari lingkungan. Tapi masalahnya adalah perkembangan BBG di masyarakat sangatlah lambat. Hal ini disebabkan antara lain karena harga BBG tidak kompetitif dibanding BBM, harga konversi kit yang masih terlalu mahal, dan pemikiran masyarakat yang cenderung untuk selalu menggunakan BBM.

Tetapi kendala yang dijumpai pada perangkat konversi ini untuk kendaraan bermotor masih belum memberikan fungsi yang optimal, yaitu motor cenderung memiliki putaran tinggi pada kondisi idle, selain itu untuk melakukan akselerasi selalu akan terjadi keterlambatan dalam suplai bahan bakar ke ruang bakar sehingga menurunkan kinerja dari motor.

Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Burhanudin Sitoru yang mengatakan bahwa Alat konversi bahwa kit konversi yang diimpor oleh beberapa penjual (vendor) di Indonesia masih memerlukan beberapa perbaikan. Beberapa penelitian yang telah diadakan untuk mencari penyebabnya, menyimpulkan bahwa masalah utama dari gangguan ini adalah ketidakstabilan dan respon transien yang kurang baik dari satu atau lebih mekanisme pegasmassa yang terdiri dari restriksi katup, pegas, diafragma, saluran orifis, dan ruang dari regulator tekanan.(Tulus BS. Jurnal Teknik Mesin ITB; Harmen 2001 )

Untuk mengatasi permasalahan tersebut ditambahkan suatu perangkat sistim injeksi BBG yang dikendalikan secara elektronik.

Bahan Bakar Gas ( BBG )

Komposisi utama dari BBG adalah unsur methana (CH4) sebesar 95,03%; ethana (C2H6) sebesar 2,23%; karbondioksida (CO2) sebesar 1,75%; Nitrogen (N2) 0.68 % dan propana (C3H8) sebesar 0,29%. Dari komposisi ini terlihat bahwa komponen utama dari BBG adalah gas methana. Berat jenis BBG lebih kecil dari berat jenis udara, sehingga jika terjadi kebocoran baik pada tangki penyimpan maupun saluran bahan bakar akan segera naik ke atas. BBG karena wujudnya berupa gas, tidak perlu diuapkan terlebih dahulu sebagaimana pada bahan bakar minyak (gasoline), sehingga permasalahan pada saat start pada suhu rendah dan emisi yang berlebihan karena terlalu kayanya campuran bahan bakar - udara pada saat start dapat diperkecil.

Nilai oktan BBG lebih tinggi dibandingkan gasoline, yaitu antara 120 sampai 130. Dengan tingginya nilai oktan tersebut maka pada rasio kompresi yang lebih tinggi tidak akan terjadi knocking pada motor. Keunggulan BBG ditinjau dari proses pembakarannya di dalam ruang bakar adalah karena BBG memiliki perbandingan atom karbon terhadap atom hidrogen yang rendah, sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna. Mengingat BBG sudah berada pada fase gas, maka dengan mudah dapat bercampur dengan udara dalam ruang bakar, sehingga oksigen dapat dengan mudah bergabung dengan karbon dan memberikan reaksi pembentukan CO2 bukan CO. Disamping itu karena jumlah atom karbon molekul BBG lebih sedikit dibandingkan BBM, maka CO yang terbentuk dari proses pembakaran juga lebih sedikit.

Pada motor pembakaran dalam, energi Panas untuk kerja mekanik dihasilkan dari reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen pada saat pembakaran. Bahan baklar yang digunakan harus memenuhi berbagai persyaratan yang sesuai dengan metode pembentukan campuran dan bagaimana reaksi kimia berlangsung. Pada motor dengan pembentukan campuran Diluar (karburator) bahan bakar harus mudah menguap dan dengan segera bercampur dengan udara yang lewat Venturi. Pada pemakaian bahan bakar gas, fungsi karburator sebagai pengkabut menjadi tidak penting lagi mengingat sudah berbenttuk gas dan mudah bercampur dengan udara. (BPH Migas 2007).

Bahan Bakar Gas atau BBG merupakan gas alam yang telah dimampatkan. Secara umum lebih dari 80% komponen gas bumi yang dipakai sebagai BBG merupakan gas metana, 10%-15% gas etana, dan sisanya adalah gas karbon dioksida, dan gas-gas lain. Susunan BBG yang dipakai di Jakarta 93% terdiri dari gas metana, 3,2% gas etana, dan 3,8% sisanya adalah gas nitrogen, propana, dan karbon dioksida (Atok Setiyawan. Ir. MEng,2000).

Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih besar. Pada penelitian ini digunakan beberapa pengamanan yaitu dengan 2 regulator berpengaman, safety flexible hoss, Tabung standar.

Perangkat Konversi BBG 

Agar dapat menggunakan BBG sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor dibutuhkan suatu perangkat konversi BBG yang disebut dengan conversion kit. Penggunaan conversion kit didasarkan pada tiga pilihan sebagai berikut:
a.       Hanya bekerja dengan gas saja
b.      Dapat bekerja dengan gas saja atau gasoline saja (dual fuel)
c.       Dapat bekerja dengan dua bahan bakar bersama-sama (khusus diesel, mixed fuel).



Skema Sistim Perangkat Konversi Bahan Bakar Ganda

Mixer yang dipasang didepan throtlte memasok BBG ke dalam aliran udara yang masuk ke dalam silinder dan bereaksi terhadap tekanan dalam manifold untuk menakar jumlah bahan bakar yang disuplai ke motor. Pemilihan mixer didasarkan pada kapasitas udara yang dibutuhkan oleh motor. Jika terlalu kecil maka daya maksimum motor tidak akan tercapai, sedangkan jika terlalu besar maka unjuk kerja motor pada putaran rendah akan turun secara drastis bahkan motor sulit untuk dihidupkan.

Katup penutup aliran bensin (pada sistim dual fuel) digerakkan oleh solenoid dari saklar pemilih bahan bakar yang terpasang pada kendaraan bermotor. Ketika BBG dipilih sebagai bahan bakar, katup ini akan menutup aliran bensin ke silinder.

Untuk BBG regulator terdiri dari dua buah regulator yang terpisah, dimana regulator pertama mengurangi tekanan dari tangki gas sampai 100 psi kemudian regulator kedua mengurangi tekanan sampai beberapa inci kolom air guna mendorong bahan bakar melalui mixer dan bercampur dengan aliran udara.

Sistem Kit Konversi

tekanan tinggi (sekitar 200 bar), regulator gas, mixer, pipa, switch BBG/BBM dan pressure gauge). Lalu, dimulailah pengisian BBG ke kendaraan yang dilakukan pada tekanan sekitar 200 bar.

Sistem kerja kit konversi adalah sebagai berikut: Bahan bakar gas dimasukkan ke tabung BBG melalui kerangan pengisian BBG pada tekanan tinggi melalui pipa tekanan tinggi, kemudian gas disalurkan ke mesin. Tekanan gas diturunkan ke atmosfir (LK.1) oleh penurun tekanan. Kemudian dicampur dengan udara oleh pencampur udara dan gas dan selanjutnya masuk ke ruang bakar untuk dibakar. Kendaraan bermotor dapat dioperasikan memakai bahan bakar gas atau bensin. Pengaturan operasinya diatur oleh sakelar pemilih yang menutup atau membuka kerangan otomatis dan untuk gas atau bensin. Banyaknya volume gas yang tersimpan di tangki dapat dilihat di manometer.

Dalam pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada mesin kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya akan aman. (Hadi Purnomo, dari Badan Pengkaji dan penerapan teknologi.2006)

Banyaknya volume gas yang tersimpan di tangki dapat dilihat di manometer (4). Dalam pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada mesin kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya akan aman. , (Tulus Burhanuddin, 2002). Sedangkan pada mobil volvo digunakan dua bahan bakar yaitu gas dan gasolin. Menggunakan converter kits terdiri dari tabung gas, perpipaan, sakalr pemindah, relay, kran pemindah, regulator tekanan rendah micro processor. dll. Fred Hammond, Daniel JohnstonApril 3, 1996.

Terdapat 2 Teknik dalam penggunaan Gas sebagai BBG:
1.       Gas dihisap dengan menggunakan efek vacuum pada pada ruang bakar
2.       Gas di inject kedalam ruang bakar ( Sistem Injeksi )


1.     Gas dihisap dengan menggunakan efek vacuum pada ruang bakar

Peralatan kit konversi terdiri dari tabung BBG tekanan tinggi (sekitar 200 bar), regulator gas, mixer, pipa, switch BBG/BBM dan pressure gauge. Berikut adalah skema dari Kit Konversi untuk BBG.



Sistem kerja kit konversi adalah sebagai berikut:

Bahan bakar gas LPG yang berada dalam tabung bertekanan tinggi (1) dikeluarkan dengan menurunkan tekanannya menggunakan regulator LPG tekanan tinggi (2) dan kembali diturunkan tekanannya sesuai dengan kebutuhan konsumsi bahan bakar dengan menggunakan regulator asetelin (3). Gas yang sudah diturunkan tekanannya dialirkan melalui selang gas ke kran mimbran (4). Kevakuman yang terjadi di ruang bakar yang diakibatkan oleh langkah isap piston dari TMA ke TMB mengakibatkan pegas kran mimbran tertarik dan membuka aliran gas dan gas akan mengalir ke kran pembagi (5) untuk kemudian dialirkan ke main jet dan pilot jet di dalam pencampur (mixer) (6). Udara yang masuk karena kevakuman dalam ruang bakar akan bercampur dengan gas LPG dan kemudian masuk ke dalam ruang bakar mesin satu silinder empat langkah (7).

Dalam pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada mesin kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya akan aman.

Namun penggunaannya masih terbatas karena adanya kendala terhadap performa dari motor, yaitu terlalu tingginya putaran pada kondisi idle dan rendahnya akselerasi jika dibandingkan dengan motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Salah satu penyebab dari tingginya putaran idle adalah terlalu sedikitnya bahan bakar gas yang masuk ke intake manifold dan specific gravity dari bahan bakar gas (0.562 kg/m3) lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar bensin, hal ini berakibat kondisi idle dimana katup gas hanya terbuka sedikit, udara yang masuk bersama-sama dengan bahan bakar gas tidak dapat melakukan pembakaran secara sempurna. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahannya adalah dengan memberikan suplai BBG melalui sistim injeksi yang dikontrol secara elektronik baik pada kondisi idle maupun pada saat akselesari.

2.     Gas di inject kedalam ruang bakar ( Sistem Injeksi )

Sistim ini digunakan untuk mengatasi permasalahan pada saat idle dan akselerasi pada motor berbahan bakar gas. Secara skematik prinsip dari sistim perangkat konversi dual fuel dengan tembahan sistim injeksi tersebut pada gambar  dibawah.


Skema Sistim Perangkat Konversi Dual Fuel dengan Sistim Injeksi


Blok Diagram Sistem Injeksi

Pengaturan jumlah bahan bakar yang harus diinjeksikan ke intake manifold dikendalikan oleh perangkat elektronik yang disebut Electronic Controll Module (ECM). ECM berfungsi untuk mengendalikan laju aliran BBG yang diinjeksikan dengan menganalisa percepatan dan besarnya bukaan katup gas (throttle) untuk kondisi idle dan akselerasi. Pada saat idle tersebut ECM akan memberikan suplai tegangan ke solenoid valve untuk menginjeksikan sejumlah BBG agar tercapai putaran idle 800 rpm (setting awal). Sedangkan pada kondisi akselerasi dimana dibutuhkan bukaan katup gas lebih cepat, maka sensor yang terdapat pada ECM akan menerima perubahan posisi throttle gas dan mengolahnya untuk selanjutnya memberikan sinyal keluaran ke solenoid valve dari injector.



Skema instalasi  dual sistem, BBG dan BBM pada kendaraan

KONVERTER KIT dari UGM




4. Dampak Penggunaan LPG

4.1. Dampak Penggunaan LPG Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terhadap Mesin Kendaraan Bermotor Dan Lingkungan



REKOMENDASI 

Beberapa rekomendasi terkait penggunaan LPG sebagai bahan bakar alternatif dapat diajukan dari studi ini sebagai berikut.

1. Bahwa LPG secara ekonomis merupakan bahan bakar alternatif yang cukup menarik untu k dipergunakan sebagai pengganti bensin meskipun terdapat penurunan daya. Seperti dipaparkan, penurunan daya ini tidak akan cukup terasa ketika kendaraan berbahan bakar LPG digunakan dalam kota sebab kecepatan pengemudiannya yang relatif rendah. Penggunaan LPG yang lebih eknomis per satuan jarak tempuh rata -rata tentunya memiliki daya tarik yang kuat pada tataran pengguna/pemilik kendaraan bermotor yang harus mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar. Sehingga disarankan agar penggunaan bahan bakar LPG dapat lebih diintensifkan. Saran ini tentunya cukup kuat dan cukup dapat diterima masyarakat ketika dalam saran tersebut terselip motivasi ekonomis.

2. Bahwa LPG se bagai bahan bakar alternatif membawa kebaikan tambahan dalam bentuk emisi gas CO2 (gas rumah kaca dominan) yang lebih rendah sehingga kebaikan ini dapat menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam rangka mengurangi konsentrasi polutan udara di dae rah perkotaan. Secara tak langsung pengurangan kon sentrasi polutan akan berakibat pada penurunan biaya kesehatan dimana uang yang tak jadi dipergunakan u ntuk pemeliharaan kesehatan dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan konstruktif baik pada tingkat makro (negara, pemerintahan) maupun pada tingkat mikro (keluarga, individu). Sehingga sekali lagi disarakan intensifikasi penggun aan LPG sebagai bahan bakar pen gganti/alternatif bagi kendaraan be rmotor.

3. Bahwa sebagai manfaat sampin gan penggunaan LPG sebagai bahan bakar alterntif juga akan berakibat dipenuhi amanat peraturan perundang-undangan untuk melakukan diversifikasi energi dimana ditegaskan perlunya peningkatan kontribusi bahan bakar gas (dengan LPG sebagai salah satunya) dalam energy mix nasional. Hal ini tentu akan berakibat pada beban keuangan negara yang lebih ringan dengan berkurangnya subsidi berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi bahan bakar untuk kendaraan bermotor.


4. Bahwa tekanan LPG dalam tabung relatif lebih rendah (maksimum 10 bar) dibandingkan dengan LPG (minimum 200 bar) sehingga tabung LPG juga lebih ringan dibandingkan tabung LPG. Pada gilirannya perbedaan berat tabung ini banyak berpengaruh pada tingkat keausan bagian-bagian kendaraan yang harus menanggung beban berat muatan. Sehingga dilihat dari kacamata operations and maintenance (O&M) penggunaan LPG akan lebih murah dibandingkan LPG terlebih lagi bila dikaitkan dengan penggantian komponen yang aus be serta waktu yang diperlukan untuk me ngerjakan penggantian tersebut. Dengan demikian penggunaan LPG tentunyalah lebih disarankan dibandingkan LPG dari kacamata O&M.

5. Terkait dengan tekanan kerja di atas maka tidak berlebihan kalau LPG merupakan pilihan alternatif bahan bakar yang lebih ekonomis serta dapat segera diimplementasikan. Hal ini terutama dilihat dari aspek investasi  infrastruktur yang harus dikeluarkan untuk menyediakan stasiun pengisi bahan bakar gas yang mencukupi sehingga masyarakat pengguna tidak terjebak dalam keterbatasan ketersediaan bahan bakar gas dalam pengunaann ya kelak.

6. Bahwa terhadap converter kit yang akan dipergunakan (atau diperjualbelikan bila telah memasyarakat secara luas) haruslah memenuhi ketentuan teknis tertentu sehingga ambang batas emisi yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tidak terlampaui. Seperti misalnya tabung yang memenuhi sejumlah kriteria kekuatan dan keselamatan tertentu. Converter kit yang harus memenuhi standar internasional tertentu seperti, misalnya, UNECE.

7. Selain itu, setiap installer LPG converter kit haruslah memiliki alat uji e misi sehingga dapat dicapai setelan converter kit yang memenuhi ketentuan emisi tersebut. Ketiadaan alat uji emisi pada installer berakibat pada ketidaktahuan tingkat emisi yang dihasilkan kendaraan seperti yang terjadi pada studi ini. Demikian juga, sesungguhnya ketentuan tingkat emisi sebagai syarat perpanjangan surat-surat harus mulai diterapkan dengan seksama guna menghindari tingkat emisi seperti yang ditunjukkan oleh kendaraan uji Soluna yang merupakan mobil bukan baru. Kedua cara ini diharapkan dengan konsisten dapat menurunkan tingakt pencemaran udara di kota-kota besar, utamanya yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi bermotor.

8. Bahwa terkait penggunaan gas sebagai bahan bakar maka aspek kese lamatan harus lebih diperhatikan, baik dari tin gkat pengguna hingga tingkat installer . Hal ini dapat dicapai dengan sosialisasi yang memadai bagi masyarakat pengguna selain juga program sertifikasi bagi te knisi installer .

4.2. Resiko LPG sebagai pada penggunaan

Salah satu risiko penggunaan elpiji ( LPG ) adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan mengubah volumenya menjadi lebih besar.

5. Penghambat dan Pendukung penerapan LPG di Indonesia



7. Kesimpulan




8. Referensi

http://newalchemistupdate.blogspot.com/2012/11/sejarah-liquefied-petroleum-gas-lpg.html
Clark, William, ed Butan. Handbook! Propane Gases. Butane-Propane News, Inc., 1972.
Meyers, Robert A.. Handbook of Petroleum Refining Processes.third editionMc Graw - Hill
http://www.wikipedia.org
http://id.wikipedia.org/wiki/LPG
http://acehnationalnews.blogspot.com/2011/07/dampak-penggunaan-lpg-sebagai-bahan.html
http://www.statoil.com
http://www.metumumer.com/2008/12/kesiapan-infrastruktur-program-konversi.html
http://dedylondong.blogspot.com/2012/01/teknikdasar-mesin-bensin-seperti-kita.html