Tugas 13
Perkembangan
Produksi Hydrogen Fuel
Zaenal Abidin (4209100102)
Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1. Pendahuluan
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa
Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik
yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar,
hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal,
dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794
amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.
Gambar
1.2. Ikatan kimia Hidrogen
Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar
pada konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen
adalah - 286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)[10]
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai
perbandingan, hidrogen meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak
sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen
murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata
telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran
hidrogen secara visual. Kasus meledaknya pesawat Hindenburg adalah salah satu
contoh terkenal dari pembakaran hidrogen. Karakteristik lainnya dari api
hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga
kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon.
Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua pertiga dari
penumpang pesawat selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh
terbakarnya bahan bakar diesel yang bocor.
Gambar
1.2. Peristiwa meledaknya pesawat Hindenburg pada tanggal 6 Mei 1937
H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur
oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan
klorin dan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan
hidrogen fluorida.
2. Perkembangan Produksi Hydrogen Fuel
Menipisnya
bahan bakar fosil dan berbagai isu global membuat manusia terdesak untuk
mencari alternatif bahan bakar untuk masa depan, salah satu jawabannya adalah
hydrogen. Hydrogen menjadi jawaban karena hanya menghasilkan air ketika
direaksikan untuk menghasilkan energy. Dengan teori kimia yang cukup dasar itu
maka dibuatlah kendaraan-kendaraan yang menggunakan bahan bakar hydrogen untuk
menjawab isu global yang beredar. Merek-merek mobil besar mulai berlomba untuk
mengembangkan mobil dengan bahan bakar ini untuk menciptakan lingkungan yang
sehat di masa depan.
Hydrogen adalah elemen paling berlimpah dan paling simple di dunia. Pada suhu dan tekanan permukaan bumi, hydrogen tidak berwarna. Bagaimanapun, hydrogen jarang ditemukan sendiri di alam. Biasanya terikat dengan element lain. Atmosfer kita sekarang mempunyai presentase yang kecil untk hydrogen. Hydrogen terkunci dalam jumlah besar di air (H2O), hydrocarbon (seperti methana, CH4), dsb. Memproduksi hydrogen untuk menjadi bahan bakar dari komponen tsb secara efisien dan ramah lingkungan menjadi tantangan yang besar pada hari ini.
Penggunaan metode steam reforming gas alam menjadi metode yang paling sering digunakan, karena ini merupakan metode paling umum untuk memproduksi hydrogen. Metode ini hanya bersandar dari reaksi kimia methana (CH4) dan H2O yang menghasilkan hydrogen. Namun, dikarenakan reaksi ini merupakan reaksi endoternik maka perlu suplai panas dari pembakaran gas alam. Selain gas alam, penggunaan bahan bakar fosil lain seperti batu bara dan minyak bumi sebagai suplai panas juga dapat digunakan. Metode produksi hydrogen dengan bahan bakar fosil ini memberikan dampak buruk bagi alam. Karena selain menghasilkan hydrogen metode ini juga melepaskan gas CO2 ke atmosfer sebesar 0,44-0,81 Nm3 CO2 tiap Nm3 hydrogen yang diproduksi. Dari data tahun 2007 Industri hydrogen di USA, walaupun mengahsilkan 11 juta metric ton hydrogen per tahun namun metode ini juga melepaskan 77 ton CO2 ke atmofer per tahunnya. Dan sayangnya metode ini merupakan metode yang paling umum dan paling handal. Dari data statistik tahun 1988 di bawah ini kita dapat melihat betapa besarnya penggunaan bahan bakar fosil dibandingkan metode produksi yang ramah lingkungan seperti electrolysis.
Metode electrolysis walaupun mempunyai sejarah yang cukup panjang (pertama kali ditemukan tahun 1800) dan merupakan jawaban untuk produksi hydrogen yang ramah lingkungan belum dapat menjadi metode idola. Ini dikarenakan metode ini belum dapat memberikan nilai efisiensi yang tinggi dengan suhu yang rendah. Metode electrolysis yang biasa dikenal, menggunakan KOH sebagai electrolytenya, dapat beroperasi pada suhu 80 0C, akan tetapi hanya mempunyai efisiensi 20-30%. Efisiensi yang tinggi dari electrolysis dapat diperoleh dengan menggunakan electrolyzer dengan Oxygen Ion conducting Solid Electrolyte yang beroperasi di suhu 700-100 0C. Namun, dibutuhkan energy yang besar untuk memepertahankan suhu tinggi tersebut. Permasalahan ini dapat terjawab dengan adanya teknologi nuklir. Dengan mengambil panas yang dihasilkan dari reaksi nuklir, High Temperature Electrolysis dapat dilakukan . Akan tetapi, karena reactor di dunia tidak banyak maka metode electrolysis ini belum banyak digunakan.
3. Cara memproduksi Hidrogen
Banyak cara yang dapat
digunakan dalam membuat hidrogen, yang antara lain :
Skala Laboratorium
a) Dalam skala
laboratorium hydrogen biasanya dibuat dari hasil samping reaksi tertentu
misalnya mereaksikan logam dengan asam seperti mereaksikan antara besi dengan
asam sulfat.
Fe(s) + H2SO4(aq) →FeSO4(aq) + H2(g)
b) Sejumlah kecil
hydrogen dapat juga diperoleh dengan mereaksikan kalsium hidrida dengan air.
Reaksi ini sangat efisien dimana 50% gas hydrogen yang dihasilkan diperoleh
dari air.
CaH2(s) + 2 H2O(l) → Ca(OH)2(aq) + 2 H2(g)
c) Elektrolisis air juga
sering dipakai untuk menghasilkan hydrogen dalam skala laboratorium, arus
dengan voltase rendah dialirkan dalam air kemudian gas oksigen akan terbentuk
di anoda dan gas hydrogen akan terbentuk di katoda.
2 H2O(l) → 2 H2(g) + O2(g)
Skala industry
Dalam skala industri hydrogen dapat dibuat dari
hidrokarbon, dari produksi secara biologi melalui bantuan alga dan bakteri,
melalui elektrolisis, ataupun termolisis. Produksi hydrogen dari hidrokarbon
masih menjadi primadona disebabkan dengan metode ini bias dihasilkan hydrogen
dalam jumlah yang melimpah sehingga metode yang lain perlu dikembangkan lagi
akar meningkatkan nilai ekonomi hydrogen.
Pembuatan Hidrogen dari Hidrokarbon
Hidrogen dapat dibuat dari gas alam dengan tingkat
efisiensi sekitar 80% tergantung dari jenis hidrokarbon yang dipakai. Pembuatan
hydrogen dari hidrokarbon menghasilkan gas CO2, sehingga CO2 ini dalam
prosesnya dapat dipisahkan. Produksi komersial hydrogen menggunakan proses
“steam reforming” menggunakan methanol atau gas alam dan menghasilkan apa yang
disebut sebagai syngas yaitu campuran gas H2 dan CO.
CH4 + H2O → 3H2 +
CO + 191,7 kJ/mol
Panas yang dibutuhkan oleh reaksi diperoleh dari
pembakaran beberapa bagian methane. Penambahan hasil hydrogen dapat diperoleh
dengan menambahkan uap air kedalam gas hasil reaksi yang dialirkan dalam
reactor bersuhu 130 C.
CO + H2O → CO2 +
H2 – 40,4 kJ/mol
Reaksi yang terjadi adalah pengabilan oksigen dari
molekul air ke CO untuk menjadi CO2. Reaksi ini menghasilkan panas yang dapat
dipakai untuk menjaga suhu reactor.
Pembuatan Hidrogen dari air Melalui elektrolisis,
diantaranya ;
1.
Pembuatan Hidrogen dari
air Melalui elektrolisis tekanan tinggi
Hidrogen dapat dibuat dari proses elektrolisis air
dengan menggunakan suplai energi yang dapat diperbaharuhi misalnya angina,
hydropower, atau turbin. Dengan cara elektrolisis maka produksi yang dijalankan
tidak akan menghasilkan polusi. Proses elektrolisis menjadi salah satu proses
yang memiliki nilai ekonomi yang murah dibandingkan dengan menggunakan bahan
baku hidrokarbon. Salah satu teknik elektrolisis yang mendapatkan perhatian
cukup tinggi adalah “elektrolisis dengan menggunakan tekanan tinggi” dalam
teknik ini elektrolisis dijalankan untuk menghasilkan gas hydrogen dan oksigen
dengan tekanan sekitar 120-200 Bar. Teknik lain adalah dengan dengan
menggunakan “elektrolisis temperature tinggi” dengan teknik ini konsumsi energi
untuk proses elektrolisis sangat rendah sehingga bisa meningkatkan efisiensi
hingga 50%. Proses elektrolisis dengan menggunakan metode ini biasanya
digabungkan dengan instalasi reactor nulklir disebabkan karena bila menggunakan
sumber panas yang lain maka tidak akan bisa menutup biaya peralatan yang
tergolong cukup mahal.
2.
Pembuatan Hidrogen dari
air Melalui elektrolisis dengan
tenaga listrik
Proses ini adalah dengan memecah senyawa air yang
terdiri dari 2 atom Hidrogen dan satu atom O dengan tenaga listrik. Jika
menginginkan tetap menjadi energi bersih, sumber untuk energi listrik yang
cukup potensial adalah tenaga matahari, angin dan panas bumi.
Elektrolisis air memerlukan energi listrik DC (Direct Current) arus searah yang bisa diproduksi dari berbagai macam sumber terbarukan seperti saya sebutkan diatas.
Elektrolisis air memerlukan energi listrik DC (Direct Current) arus searah yang bisa diproduksi dari berbagai macam sumber terbarukan seperti saya sebutkan diatas.
3.
Pembutan Hidrogen dengan Metode
Elektrolisis Air Suhu Tinggi
Metode elektrolisis air suhu tinggi atau High
Temperature Electrolysis System (HTES) adalah salah satu metode terbaik yang
hingga saat ini banyak digunakan untuk memproduksi hidrogen dan oksigen dalam
skala besar. Keunggulan dari metode HTES adalah pada proses operasinya mampu
meminimalisir konsumsi energi listrik karena pada proses elektrolisis dengan
suhu operasi yang sangat tinggi konsumsi energi listrik menjadi semakin minimal
dan konsumsi energi panas menjadi semakin besar. Meskipun demikian, proses tersebut dianggap
menguntungkan mengingat biaya pembangkitan sejumlah energi panas lebih murah
bila dibandingkan dengan biaya pembangkitan sejumlah energi listrik. Selain
itu, bila ditilik dari kualitas hidrogen yang dihasilkan, metode HTES mampu
menghasilkan hidrogen dengan puritas tinggi.
Dalam prosesnya, HTES
melibatkan energi listrik dan energi panas dari sumber sumber-sumber panas yang
mudah diperoleh seperti PLTN generasi IV (semisal MSR, GCR atau VHTR) atau
pembangkit geotermal. Proses yang berlangsung adalah proses termokimia
pemecahan molekul air menjadi molekul hidrogen dan ion-ion oksigen pada kondisi
fluida superheat.
Secara kimia, reaksi pemecahan
molekul air menjadi hidrogen dan oksigen mengikuti persamaan reaksi sebagai
berikut.
Katoda : H2O(g) –>
2e- + H2 (g) + O2-
Anoda : O2- –>
½O2 (g) + 2e-
Total : H2O(l)
–> H2(g) + ½O2(g)
Dengan total kebutuhan energi untuk reaksi elektrolisis
di atas dirumuskan dengan persamaan berikut.
∆H =
∆G + T∆S
Adapun ∆H adalah total kebutuhan energi untuk proses
elektrolisis suhu tinggi. ∆G adalah energi bebas Gibs yang sesungguhnya
megejawantahkan kebutuhan energi listik dan T∆S adalah kebutuhan energi panas
atau energi kalor untuk proses elektrolisis.
Proses elektrolisis air suhu tinggi terjadi dalam
komponen yang dinamakan electrolyzer. Electrolyzer terdiri
dari tiga bagian utama yakni elektroda positif (katoda), elektroda negatif
(anoda) dan elektrolit plus satu komponen yang tidak kalah pentingnya yakni
interkoneksi. (perhatikan gambar di bawah). Gambar 1. dan 2. adalah tampak
atas dan tampak depan sekumpulan sel electrolyzer.
Gambar 3. 1. Tampak Atas Sekumpulan Sel Electrolyzer
Gambar 3.2. Tampak Depan Sekumpulan Sel Electrolyzer
Untuk proses elektrolisis
suhu tinggi biasanya menggunakan jenis selelectrolyzer dari jenis Solid
Oxide Electrolyzer Cell (SOEC). Hal ini didasari atas keunikan electrolyzer jenis
SOEC yang mampu beroperasi pada suhu ekstrim bahkan mampu beroperasi hingga
suhu 1000 ÂșC atau lebih.
Secara sederhana konsep elektrolisis air suhu tinggi
dalam sebuahelectolyzer adalah proses pemecahan molekul air menjadi
molekul hidrogen dan ion oksigen pada suhu tinggi dengan memanfaatkan energi
listrik dan energi termal. Gambar 3. menunjukkan proses fisis dan kimia yang
terjadi pada saat elektrolisis suhu tinggi berlangsung.
Proses yang berlangsung
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 3.3. Proses Kimia dan Fisis Elektrolisis Air
pada Suhu Tinggi
Umpan masuk pada sisi inlet electrolyzer berupa (H2+H2O)
berada dalam kondisi satu fase berupa uap. Energi listrik dan
energi termal yang disuplai ke dalam sel-sel electrolyzer selanjutnya
akan digunakan untuk memecahkan ikatan molekul H2O menjadi molekul H2 dan O2-.
Selanjutnya ion-ion O2- yang terbentuk akan bermigrasi melewati
membran elektrolit untuk mencapai sisi anoda sesuai prinsip fisikaelectron-hole.
Setelah mencapai sisi anoda, ion-ion O2- akan melepaskan
elektron dan membentuk molekul oksigen pada sisi anoda. Adapun molekul hidrogen
terbentuk pada sisi katoda. Molekul oksigen dan hidrogen yang dihasilkan masih
dalam kondisi superheatsehingga perlu melewati suatu proses pendinginan
pada komponenoxygen cooler dan hydrogen steam cooler.
Setelah mengalami cooling process atau proses pendinginan
selanjutnya hidrogen dimurnikan dalam komponen separator. Se
parator merupakan komponen yang selalu ada pada suatu instalasi
produksi hidrogen dengan fungsi dasar sebagai pemisah antara hidrogen dengan
air (fraksi air biasanya dalam campuran ini (H2+H2O)
tergolong sangat kecil). Setelah melewati proses tersebut hidrogen dan oksigen
ditampung dalam tangki penyimpanan semantara sebelum akhirnya di transformasi
dalam berbagai moda untuk selanjutnya didistribusikan.
Pembuatan hydrogen melalui proses biologi
Beberapa macam alga dapat menghasilkan gas hydrogen
sebagai akibat proses metabolismenya. Produksi secara biologi ini dapat
dilakukan dalam bioreactor yang mensuplay kebutuhan alga seperti hidrokarbon
dan dari hasil reaksi menghasilkan H2 dan CO2 Dengan menggunakan metode
tertentu CO2 dapat dipisahkan sehingga kita hanya mendapatkan gas H2nya saja.
Produksi
gas secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi anaerob yang ramah
lingkungan dan proses hemat energy. Asidifikasi anaerob pada limbah organic
akan menghasilkan berbagai asam organic, H2, CO2 dan
senyawa intermediet lainnya. Reaksi melibatkan produksi hydrogen secara cepat
dan tidak membutuhkan radiasi matahari sehingga dapat dibuat dalam skala besar
bahan organic (Shin and Youn, 2005).
Mikroorganisme
yang melakukan fermentasi ini diantaranya adalahClostridium dan Thermoanaerobacterium yang
mampu menghasilkan hydrogen dari karbohidrat. Selama asidifikasi anaerob pada
limbah organic, bakteri metanogenesis dan bakteri pereduksi sulfat mengkonsumsi
hydrogen yang dihasilkan oleh acidogenesis sehingga berkontribusi negative
dalam produksi bio-hidrogen. Oleh karena itu, guna produksi gas hydrogen perlu
dilakukan penghambatan terhadap prganisme mengkonsumsi hydrogen missal dengan
waktu hidraulik yang pendek atau dengan pH rendah (Shin and Youn, 2005).
Limbah
organic yang kaya karbohidrat membutuhkan waktu tinggal hidraulik (WTH) lebih
dari 3 hari untuk asidifikasi yang mana consumer hydrogen seperti methanogenesi dapat
berkembangbiak, sehingga produksi gas hydrogen hanya sepertiganya. Namun
demikian, jika consumer hydrogen dapat dikendalika selama asidifikasi ,
hydrogen dapat diperoleh secara efektif dari limbah organic. Walaupun produksi
gas hidrogen dari limbah kaya karbohidrat umumnya dipublikasikan dalam
penelitian batch namun percobaan secara kontinyu juga telah dilaporkan dengan
menggunakan kondisi termofil dan bukan mesofil. Kondisi termofilik diyakaini
memiliki pengaruh penghambatan terhadap metanogensis (Shin and Youn, 2005).
Pada
asidifikasi termofil, biogas yang dihasilkan mengandung hydrogen dan karbon
dioksida tetapi tidak terdetksi adanya metana pada semua laju masukan bahan
organic. Produksi Hidrogen dapat mencapai 62 %(v/v) dan meningkat dengan
meningkatnya laju aliran masukan. Namun demikian, efisiensi dekomposisi
karbohidrat dalam limbah akan berkurang dengan meningkatnya laju aliran. Asam
organic utama yang ada adalah asam butirat dan asetat masing-masing sebanyak 62
– 65% dan 22 – 25%. Asam laktat dan propionate sebgai tanda adanya
coksumer hydrogen hanya ada dalam jumlah 0,1 – 2,0% dan 1,6 – 2,2% (Shin
and Youn, 2005).
Thermoanaerobacterium
thermosaccharolyticum diketahui sebagai
mikroorganisme menghasil hydrogen yang tumbuh dengan baik pada pH 5,0 – 6,0.
Bakteri ini merupakan sakarolitik termofil yang terlibat dalam fermentasi
asetat/butirat dan mampu menghasilkan hydrogen dalam jumlah besar dari
karbohidrat. Bakteri ini memiliki isaran pH optimum 5 – 6 dengan suhu
pertumbuhan optimunya 600C. produksi hydrogen sebanyak 2,4 ml H2 /
mol glukosa setara dengan kemampuan produksi Clostridium
butyricum yang menghasilkan gas hydrogen 2,4 mol H2 /mol
heksosa (Shin and Youn, 2005).
Dekomposisi air dengan gelombang radio
Dengan menggunakan gelombang radio maka kita dapat
menghasilkan hydrogen dari air laut dengan dasar proses dekomposisi. Jika air
ini diekspos dengan sinar terpolarisasi dengan frekuensi 13,56 MHz pada suhu
kamar maka air laut dengan konsentrasi NaCl antara 1-30% dapat terdekomposisi
menjdi hydrogen dan oksigen.
Termokimia
Terdapat lebih dari 352 proses termokimia yang dapat
dipakai untuk proses splitting atau termolisis dengan cara ini kita tidak
membutuhkan arus listrik akan tetapi hanya sumber panas. Beberapa proses
termokimia ini adalah CeO2/Ce2O3, Fe3O4/FeO, S-I, Ce-Cl, Fe,Cl dan lainnya.
Reaski yang terjdi pada proses ini adalah:
2H2O → 2H2 + O2
Dan semua bahan yang dipergunakan dapat didaur ulang
kembali menuju proses yang baru.
Produksi hidrogen dari Biomassa.
Untuk proses pembuatan gas hidrogen dari sumber
hidrokarbon, yang paling potensial dan disarankan adalah dari hidrokarbon
terbarukan seperti biomasa. Di Indonesia, sumber biomasa yang patut
diperhitungkan adalah limbah-limbah industri seperti tandan kosong kelapa
sawit, bagasse (ampas tebu), sekam dan jerami padi dan juga dapat dibuat dari
rumput gajah yang sengaja ditanam untuk sumber energi. Mengingat rumput jenis
ini sangat cepat pertumbuhannya.
Silahkan lihat skema dibawah untuk mendalami proses
pembuatannya. Secara keseluruhan, proses dibawah dinamakan proses steam
reformingdimana :
Biomass + H2O --------> H2
+ CO2
Gambar 3.4. Proses produksi hidrogen
Pertama Biomasa digasifikasi untuk menghasilkan gas CO, kemudian gas CO ini direaksikan dengan steam (uap air) pada suhu 350 derajat Celcius untuk menghasilkan gas hidrogen dan CO2. Proses selanjutnya adalah pemurnian dilanjutkan dengan pemisahan gas-gas tersebut.
Pembuatan hidrogen
dengan menggunakan energi matahari
Metode revolusioner menggunakan energi matahari untuk
menghasilkan hidrogen sebagai sumber energi yang bersih, aman, dan murah telah
dikembangkan para ilmuwan dari Israel, Swedia, Swiss, dan Perancis.
Gambar 3.5. proses produksi hidrogen dengan menggunakan
sinar matahari
Teknik ini terutama ditujukan untuk mengekstrak seng
murni lebih mudah, cepat, dan ramah lingkungan guna mendorong produksi bahan
bakar hidrogen, menggantikan BBM yang semakin langka.
Hidrogen adalah salah satu kandidat sumber energi yang
berpotensi sebagai pegganti bahan bakar mesin kendaraan bermotor. Hidrogen
dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar khususnya karena terkandung di
air. Selain itu, hidrogen tidak menghasilkan polusi udara saat dibakar dan
menghasilkan energi yang lebih besar daripada bahan bakar lainnya.
Salah satu alasan utama mengapa hidrogen belum dapat
memasuki pasaran yang luas adalah harga produksi dan ongkos transportasi yang
masih tinggi. Meskipun bahan baku utama untuk memproduksi hidrogen adalah air,
metode elektrolisis yang paling umum digunakan untuk menghasilkan hidrogen
sekarang masih terlalu mahal.
Perlu diketahui, elektrolisis akan memecah
molekul-molekul air menjadi atom-atom penyusunnya yaitu hidrogen dan oksigen
dengan mengalirkan arus ke dalamnya. Proses ini relatif sederhana namun
membutuhkan arus yang sangat besar sehingga membutuhkan biaya yang tinggi.
Cara lainnya, memecah molekul air dengan memanaskannya,
kurang praktis karena membutuhkan suhu di atas 2.500 derajat Celcius.
Sebenarnya, beberapa tahun yang lalu telah diketahui bahwa seng murni dapat
digunakan untuk mengambil oksigen dari air sehingga lepas dari hidrogen. Proses
ini dapat dilakukan pada suhu 350 derajat Celcius.
Karena seng adalah logam yang berlimpah dan merupakan
empat besar logam yang diproduksi - selain besi, aluminium, dan tembaga -
menghasilkan hidrogen mungkin dapat dilakukan secara alami. Masalahnya, untuk
memperoleh seng murni dari seng oksida yang tersedia di alam, baik dengan
proses elektrolisis maupun meleburnya, hanya dapat dilakukan dengan konsumsi
energi yang besar pula. Di samping itu, proses ekstraksinya menghasilkan polusi
karena seringkali dilakukan dengan membakar bahan bakar fosil untuk
menghasilkan panas dan listrik.
Meskipun demikian para ilmuwan berhasil menggantinya
dengan cara yang ramah lingkungan menggunakan deretan cermin yang memantulkan
panas matahari ke satu titik. Reaktor yang dibangun di Weitzman Institute di
Israel ini dapat menghasilkan panas hingga 1.200 derajat Celcius. Dengan
menambahkan sedikit karbon, seng murni dapat dipisahkan pada suhu tersebut.
Dengan cara ini tim ilmuwan dapat memperoleh sekitar 50
kilogram seng murni setiap jam. Pendinginan seng murni menghasilkan bubuk seng
yang lebih mudah dipakai dan didistribusikan. Untuk menghasilkan hidrogen
murni, bubuk seng tinggal dicampur ke dalam air dan dipanaskan pada suhu 350
derajat Celcius. Oksigen dalam air akan berikatan dengan seng menjadi seng
oksida dan sisanya adalah hidrogen murni yang siap disimpan ke dalam tabung
bahan bakar.
Produksi Hidrogen
dengan proses FUKAI
Environmental Research Institute Jepang,
mengumumkan suatu terobosan teknologi baru dengan proses FUKAI,
yaitu cara memperoleh hidrogen yang diklaim lebih murah dan lebih efisien dari
cara-cara sebelumnya.
Proses FUKAI, mengunakan bahan dasar mineral alam yang
mengandung aluminium atau magnesium.
Bahan proses ini merupakan bahan yang menjadi kepemilikan FUKAI, disebut
sebagai “unit pembangkit air fungsional”. Saat bahan proses ditambahkan ke
dalam air baku, seperti air ledeng rumahan biasa, bahan akan mendidihkan dan
merubah air baku menjadi "air fungsional", fungsi bahan yang
memperlemah ikatan antara atom-atom pembentuk molekul air, sehingga mudah
terurai.
Perolehan penguraian adalah 2 liter gas hidrogen per gram aluminium, atau 3,3 liter gas hidrogen per gram magnesium. FUKAI juga mengklaim bahwa biaya produksi hidrogen yang cukup untuk menghasilkan daya energi sebesar 1 kWh listrik adalah sekitar US$0.18 (18 sen dolar). Biaya tersebut akan menurun apabila bahan mineral dipakai-ulang.
Perolehan penguraian adalah 2 liter gas hidrogen per gram aluminium, atau 3,3 liter gas hidrogen per gram magnesium. FUKAI juga mengklaim bahwa biaya produksi hidrogen yang cukup untuk menghasilkan daya energi sebesar 1 kWh listrik adalah sekitar US$0.18 (18 sen dolar). Biaya tersebut akan menurun apabila bahan mineral dipakai-ulang.
Teknologi ini tidaklagi difasilitasi oleh bahan yang lain, seperti oleh penambahan bahan bakar berbasis petroleum, atau melaui proses yang menghasilkan gas CO2 seperti pada penguraian uap air oleh panas bahan bakar. Proses ini lebih efisien dalam hal energi dibandingkan elektrolisis, serta tidak memerlukan penanaman yang membutuhkan lahan luas seperti halnya sistem proses penguraian berbasis masa-bio.
Pemanfaatan kelanjutan teknologi ini memungkinkan untuk digunakan dsebagai pengganti bahan bakar minyak dan listrik dalam penggunaan otomotif. FUKAI mendorong terus penelitian lanjutannya untuk mencapai penguraian tanpa membutuhkan biaya proses lagi, serta lebih memudahkannya untuk diproses di dalam rumah-tangga.
Teknologi yang dikembangkan oleh Toshiharu FUKAI ini dipublikasikan dan didemonstasikan pada konferensi pers Senin, 25 Oktober 2010 diNew York City.
Produksi Hidrogen
dari bahan Organik Biodegradable
Para peneliti
Amerika berhasil mengembangkan sebuah metode untuk memproduksi gas hidrogen
dari bahan organik biodegradable yang berpotensi menyediakan
bahan bakar yang melimpah dari sumber energi bersih ini.
Metode yang digunakan oleh para insinyur dari Pennsylvania
State University mengkombinasikan bakteri penghasil elektorn dengan
pengisian listrik kecil dalam sel bahan bakar mikrobial untuk menghasilkan gas
hidrogen.
Sel bahan bakar mikrobial bekerja melalui aksi bakteri
yang bisa mengantarkan elektron-elektron ke suatu anoda. Elektron mengalir dari
anoda melalui sebuah kawat ke katoda yang menghasilkan arus listrik. Dalam
proses itu, bakteri-bakteri mengkonsumsi bahan-bahan organik dalam bahan
biomassa.
Getaran eksternal listrik membantu menghasilkan gas
hidrogen pada katoda.
Di masa lalu, proses yang dikenal dengan
elektrohidrogenesis memiliki efisiensi produksi hidrogen yang sangat rendah.
Para peneliti dari Pennsylvania State University berhasil mengatasi persoalan
ini dengan memodifikasi unsur-unsur reaktor secara kimiawi.
Dalam sejumlah percobaan di laboratorium, reaktor
mereka menghasilkan hidrogen mencapai hampir 99% dari produksi maksimum
teroritis dengan menggunakan asam aetik (aetic acid), produk tak berguna dari
suatu fermentasi glukosa.
Produksi hidrogen
dengan menggunakan panas nuklir
Ada
3 metode proses produksi Hidrogen yang sangat potensial, yaitu: Advanced
Electrolysis, Steam Reforming, dan Sulfur-Iodine water splitting cycle (SI).
Advanced Electrolysis dan Steam Reforming sudah proven. SI sangat menarik krn
memproduksi Hidrogen dg efisien dan tanpa limbah CO2.
Ketiga
metode tsb harus memanfaatkan panas dari reaktor nuklir krn pertimbangan
efisiensi tertinggi dan paling ramah lingkungan. Alternatif lain adalah dari
pembakaran batubara.
1.
Advanced Electrolysis
Gambar
3.6. Skema kerja advance elektrolisis
Electrolysis adalah
metode paling umum untuk produksi Hidrogen dengan cara memisahkan molekul air
menggunakan listrik. Gambar di atas adalah skema proses elektrolisis mnggunakan
panas HTR. Reaksi fundamental dari metode ini adalah sebagai Berikut:
Keuntungan
metode electrolysis adalah metode sederhana hanya membutuhkan
air dan listrik, ramah lingkungan, teknologi sudah proven, tdk tergantung dari
bahan fosil (PLTN bis sebagai alternatif). Kesederhanaan plantelectrolysis bisa
menempatkan pabrik di lokasi pedalaman, krn listrik bisa diproduksi menggunakan
generator listrik tapi biaya produksi akan mahal. Kerugian metode ini adalah
kebutuhan listrik sangat besar (tanpa PLTN akan sangat tdk efisien dan timbul
polusi). Efisiensi 25-45%. Efisiensi bisa meningkat sampai 90% kalau dicouple
dengan PLTN.
2.
Steam Reforming
Gambar
3.7. Skema kerja stem reforming
Steam
reforming adalah metode produksi Hidrogen
mnggunakan proses thermo-kimia yang melibatkan gas methane dan uap air pada
suhu tinggi. Proses konvensional steam reforming terjadi pada suhu 800-900
Celcius yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil bisa diganti
dari PLTN untuk meminimalkan energi-loss dengan cara couple yang
memerlukan modifikasi metode. Panas dari pembakaran methane memisahkan molekul
uap air menjadi hidrogen seperti reaksi pada Table di bawah. Ada 2 reaksi kimia
yang terjadi, pertama adalah reaksi reforming secara endothermic dengan katalis
pada suhu tinggi. Kedua adalah reaksi shift secara exothermic.
Keuntungan
metode Steam Reforming adalah metode paling efisien sampai
saat ini, teknologi sudah proven, dan biaya produksi paling rendah. Kerugian
metode ini tanpa menggunakan PLTN adalah ketergantungan pada bahan bakar fosil,
menghasilkan CO2. Penggunaan PLTN memungkinkan dengan modifikasi metode seperti
skema dibawah. Efisiensi 70%.
Gambar
3.8. Proses steam reforming
Status
metode steam reforming menggunakan PLTN baru pada tahap experimen di Jepang,
menggunakan High Temperature engineering Tested Reactor (HTTR).
3.
Sulfur-Iodine water splitting cycle (SI)
Gambar
3.9. Skema kerja Sulfur-Iodine water splitting cycle (SI)
SI
adalah metode produksi Hidrogen dengan siklus pemisahan air secara
thermo-kimia, terdiri dari 3 reaksi kimia sebagai berikut:
Sulfur
acid dan hydrogen iodide dibentuk
dalan reaksi H2O, SO2, dan I2 secara eksothermik. Hidrogen diperoleh dari
dekomposisi eksothermik darihydrogen iodide. Gambar dibawah
memperlihatkan diagram aliran proses siklus SI.
Gambar
3.10. Diagram aliran proses siklus SI
Table
Entalpi dan energi Gips-Free dari siklus SI
Status
pemanfaatan siklus SI sampai saat ini masih dalam taraf eksperimen, hanya
menggunakan reaktor nuklir yang dirancang co-generasi dengan generator listrik
(PLTN), artinya PLTN selain memproduksi listrik, panas sisa digunakan untuk
memproduksi Hidrogen. Sebenarnya teknologi SI sudah dikembangkan sejak tahun
1970 oleh General Atom (GA) dengan efisiensi 47% tahun 1978, dan meningkat
menjadi 52%, tahun 1980. Berita terkini, GA bekerja sama dengan Japan Atomic
Energy Agency (JAEA). Hasilnya adalah rancangan pabrik Hidrogen disebelah
gedung HTTR menggunakan siklus SI seperti pada gambar di bawah. Rencana
produksi masal pada tahun 2015. Disamping itu, sebuah reaktor nuklir baru Very
High Temperature Reactor (VHTR) juga akan dibangun di Jepang untuk keperluan
produksi Hidrogen.
Gambar
3.11. Sebuah reaktor nuklir baru Very High Temperature Reactor (VHTR) juga akan
dibangun di Jepang untuk keperluan produksi Hidrogen.
Keuntungan
metode SI adalah efisiensi tinggi, biaya produksi rendah, ramah lingkungan,
tidak tergantung pada bahan fosil krn menggunakan PLTN. Kerugian metode ini
adalah penggunaan teknologi ini memerlukan PLTN yang memiliki resistansi
masyarakat, tidak ada alternatif menggunakan bahan bakar fosil. Efisiensi
sekitar 50%.
7. Kesimpulan
Dewasa ini keberadaanya bahan
bakar dirasa sangat peting karena mobilitas manusia yang sangat tinggi. Namun
semakin menipisnya persediaan minyak bumi sekarang mulai dirasakan, sehingga
banyak para pemerhati energy berupaya mencari bahan bakar yang dapat digunakan
sebagai alternative pengganti minyak bumi. Banyak diantaranya telah telah
ditemukan dan salah satunya adalah hydrogen fuel. Hydrogen merupakan senyawa
kimia yang terdapat di muka bumi dan sangat melimpah jumlahnya. Pada suhu dan tekanan permukaan bumi,
hydrogen tidak berwarna. Bagaimanapun, hydrogen jarang ditemukan sendiri di
alam. Biasanya terikat dengan element lain. Atmosfer kita sekarang mempunyai
presentase yang kecil untk hydrogen. Hydrogen terkunci dalam jumlah besar di
air (H2O), hydrocarbon (seperti methana, CH4), dsb. Untuk itu, para ilmuwan energi
berlomba – lomba dalam menemukan metode yang efektif dan efisien dalam
memproduksi hidrogen. Dimulai dari elektrolisis, steam reforming, fukai, dll.
Produksi dilakukan dengan cara memodifikasi teknik produksi/ metode produksi,
bahan dan alat.
8. Referensi
hydrogen
power: theoretical and engineering solutions ; kluwer academic publisher;
T.O.Saetre: 1997
efek recycling hydrogen pada electrolyzer terhadap kinerja elektrolisis suhu tinggi; JTF; Thomas Ari Negara;2007
http://suparminahmad.wordpress.com/2012/03/20/hidrogen-untuk-masa-depan/ diakses tanggal 23 Desember 2012
http://gemariptek.blogspot.com/2012/09/permasalahan-dunia-akan-produksi.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://rovicky.wordpress.com/2010/07/22/hydrogen-fuel-bukan-sekedar-bahan-bakar-hidrogen/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/07/08/produksi-hidrogen-sebagai-sumber-energi/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://bmdstreet.com/tag/yaitu-dia-berhasil-membuat-gas-hidrogen-dari-urin
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://niasonline.net/2007/11/13/teknik-baru-menghasilkan-hidrogen-murah-dan-melimpah/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2067830-proses-produksi-hidrogen-jepang-termurah/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://metnet.wordpress.com/2008/05/29/produksi-hidrogen-dari-panas-pltn-bagian-1/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://prosespembuatan.blogspot.com/2009/10/proses-pembuatan-hidrogen-hydrogen.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://rumahzael.wordpress.com/2010/10/03/fotokatalitik-produksi-hidrogen-dengan-sinar-tampak/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://nuclear2004.wordpress.com/2009/07/04/mengenal-metode-elektrolisis-air-suhu-tinggi/
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://ecopowerbooster.blogspot.com/2012/04/air-elektrolisis-air-dan-hidrogen.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://husnawalahir.blogspot.com/2012/01/10-cara-untuk-menghasilkan-hidrogen.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://haxims.blogspot.com/2010/05/10-cara-untuk-menghasilkan-hidrogen.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1127296285
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/07/proses-pembuatan-hidrogen.html
diakses tanggal 23 Desember 2012
http://kusnandini.wordpress.com/hidrogen/
diakses tanggal 23 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar