Tugas 4
Produksi dan Reformulasi Biosolar yang akan datang
Zaenal Abidin (4209100102)
Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1. Pendahuluan
Dunia ini memasuki
masa penurunan sumber daya energi terbarukan non, dikenal sebagai 'Peak
Oil', sementara permintaan energi meningkat. minyak produksi dunia ini
diharapkan mengalami penurunan antara satu dan sepuluh dekade (Crookes,
2006). Sebagai akibat dari krisis energi yang akan datang, baik pemerintah dan
industri swasta memeriksa sumber energi alternatif. Sumber-sumber
non-terbarukan lainnya dari energi yang ada, seperti batubara dan
uranium Namun, sumber-sumber ini terbatas dan juga akan pasti penurunan
ketersediaannya.
Untuk mengantisipasi
punahnya bahan bakar fosil yang non-terbarukan ini dibutuhkan terobosan
teknologi yang bersifat terbarukan. Sumber energy yang dapat diperbaharui tentu
saja melibatkan komponen-komponen yang dapat dilestarikan. Komponen tersebut
adalah komponen biotic yang dikembangkan dengan prosedur penelitian yang
menghasilkan bahan bakar pengganti bahan bakar fosil. Proses ini adalah salah
satu contoh dari bioteknologi.
Bioteknologi adalah
pemanfaatan mikroorganisme atau komponen biotic yang dimanfaatkan cara hidupnya
dan metabolismenya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bioteknologi
memiliki peran yang sangat banyak diantaranya adalah dalam bidang pangan,
pengolohan limbah, obat-obatan, budidaya varietas unggul, juga dalam bidang
energy alternative bahkan sebagai alternative bahan bakar minyak (BBM).
Bahan bakar minyak
(BBM) merupakan salah satu sumber energy utama yang dibutuhkan dalam kehidupan
kita sehari-hari, pada era saat ini hamper semua aktifitas/kegiatan sehari-hari
tidak pernah lepas dari ketergantungan akan bahan bakar minyak. Dengan semakin meningkatnya
konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang dari tahun ketahun terus mengalami
peningkatan, dibutuhkan ketersediaan cadangan bahan baku yang begitu luar biasa
besar. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 konsumsi bahan bakar minyak Indonesia
sekitar 57,8 juta kilo liter setiap harinya, sector transportasi merupakan
pengguna terbesar bahan bakar minyak. Dari konsumsi sebanyak itu 30% berasal
dari minyak impor. Dengan konsumsi sebanyak itu diperkirakan pada tahun 2015
Indonesia akan menjadi pengimpor minyak penuh.(Elisabeth dan Haryati dalam Mukhibin,
2010)
Mencari energy
alternative guna dijadikan sebagai bahan bakar minyak merupakan suatu jalan
keluar yang harus kita lakukan, terutama pada sumber energy terbaru sebagai
pengganti BBM yang telah ada. Para pakar telah menemukan pada minyak nabati,
minyak hewani atau dari minyak gorek bekas/daur ulang dapat diproses menjadi
biodiesel.
2. Pengertian Biodiesel
(Biosolar)
Biodiesel adalah
bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan atau secara khusus
merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam
lemak yang dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari minyak goring
bekas/daur ulang melalui proses trans atau esterifikasi. (Mukhibin,2010).
Biodiesel merupakan
bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui sepertiminyak sayur atau lemak hewan. (Wikipedia Indonesia)
Menurut Jamil (2011)
biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan
tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang
diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida
dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan
gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol
dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air .Dengan
demikian biodiesel diharapkan dapat menjadi alternative bahan bakar pengganti
solar
Biodiesel adalah
biofuel yang terdiri dari ester monoalkyl yang berasal dari minyak organik,
tanaman atau hewan, melalui proses tranesterification (Demirbas, 2007).
Reaksi transesterifikasi biodiesel sangat sederhana:
Trigliserida + 3
Methanol → ← Katalisator → Glycerine + 3 Methyl Esters (Biodiesel)
(Campbell,2008)
3. Sifat – sifat Penting
Bahan Bakar Mesin Diesel
Sifat-sifat penting
dari bahan bakar mesin diesel (solar) antara lain:
a.
Viskositas
Viskositas merupakan
sifat fisis yang penting bagi bahan bakar diesel. Viskositas yang terlalu
tinggi dapat mempersulit pembentukan butir-butir cairan/kabut saat
penyemprotan/atomisasi. Viskositas bahan bakar yang terlalu rendah akan dapat
mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar.
b. Pour
point
Pour point atau
titik tuang adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat dialirkan. Untuk
daerah bersuhu rendah, bahan bakar dipersyaratkan tidak membeku. Titik tuang
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kesulitan pada pengaliran bahan bakar.
c.
Flash point
Titik nyala atau
flash point adalah suhu terndah dimana bahan bakar dalam campurannya dengan
udara akan menyala. Bila nyala tersebut terjadi secara terus menerus maka suhu
tersebut dinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang terlalu tinggi
ujga dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan sementara apabila titik nyala
terlampau rendah akan menyebabkan timbulnya detonasi yaitu ledakan-ledakan
kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk ke ruang bakar. Hal ini dapat
menimbulkan resiko pada saat penyimpanan.
d. Carbon
residu
Sisa karbon yang
tertinggal pada proses pembakaran akan menyebabkan terbentuknya endapan kokas
yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Hal ini dapat menyebabkan
terhambatnya operasi mesin secara normal, serta dapat menyebabkan bagian bagian
pompa injeksi bahan bakar cepat menjadi aus. Dengan demikian semakin rendah
nilai sisa karbon, semakin baik efisiensi motor tersebut.
e.
Warna
Bahan bakar tidak
secara langsung berpengaruh terhadap kinerja motor/mesin diesel. Warna yang
terlalu terang, dapat dikoreksi dengan penambahan zat warna tertentu sehingga
masuk dalam standar warna bahan bakar diesel.
f.
Nilai kalor
Nilai kalor bahan
bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu. Makin tinggi
nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut semakin sedikit
pemakaiannya. Tidak ada standar khusus yang menentukan nilai kalor minimal yang
harus dimiliki oleh bahan bakar mesin diesel.
g. Bilangan
setana
Adalah ukuran
kualitas penyalaan sebuah bahan bakar diesel dalam keadaan terkompresi.
Bilangan setana dari minyak diesel konvensional dipengaruhi oleh struktur
molekul hidrokarbon penyusun. Normal paraffin dengan rantai panjang mempunyai
bilangan sentana
4. Spesifikasi Biodiesel
Sesuai SNI 04-7182-2006
Dalam pelaksanaan
pembuatan biodiesel ini diharapkan akan memiliki kesamaan standar nasional
biodiesel yang dapat dilihat dari dibawah ini:
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Nilai
|
1.
|
Massa jenis
|
Kg/m3
|
850-890
|
2.
|
Viskositas
kinematik pada 400C
|
Mm2/s(cst)
|
2.3-60
|
3.
|
Angka setana
|
Min 51
|
|
4.
|
Titik nyala
(mangkok tertutup)
|
0C
|
Min 100
|
5.
|
Titik kabut
|
0C
|
Maks 18
|
6.
|
Korosi lempeng
tembaga (3 jam pada 500C)
|
Maks No 3
|
|
7.
|
Residu karbon
dalam contoh asli dalam 10% ampas distilasi
|
Min 0.05 Maks 0.30
|
|
8.
|
Air dan sedimen
|
% mol
|
Maks 0.5*
|
9.
|
Temperature
destilasi 90%
|
0C
|
Maks 360
|
10.
|
Abu tersulfaktan
|
% massa
|
Maks 0.02
|
11.
|
Belerang
|
Ppm-m (mg/kg)
|
Maks 100
|
12.
|
Fosfor
|
Ppm-m (mg/kg)
|
Maks 10
|
13.
|
Angka asam
|
Mg-KOH/g
|
Maks 0.8
|
14.
|
Gliserol bebas
|
% massa
|
Maks 0.02
|
15.
|
Gliserol total
|
% massa
|
Maks 0.24
|
16.
|
Kadar ester alkil
|
% massa
|
Maks 96.5
|
17.
|
Angka iodium
|
% massa 9g-12/100
|
Maks 115
|
18.
|
Uji helphen
|
Negative
|
|
* dapat diuji
terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0.01%vol
|
(Mukhibin, 2010)
Tabel 4.1.
Spesifikasi Biodiesel yang ditetapkan oleh SNI
04-7182-2006
5. Potensi Energi Biomassa Indonesia.
Energi biomassa
memiliki peluang yang sangat besar dalam menggantikan bahan bakar minyak dan
gas alam. Meskipun potensinya sangat besar, upaya pengembangan minyak
bio-solar di Indonesia baru dimulai kurang lebih lima belas tahun yang
lalu. Kini, Indonesia bersama Malaysia merupakan penghasil minyak kelapa
sawit (CPO) terbesar di dunia dan menguasai lebih dari 80% produksi
dunia. CPO adalah bahan pembuat bio-solar.
Untuk mendorong
pengembangan dan penggunaan energi biomassa ke depan, telah dikeluarkan Peraturan
Presiden no. 5/2006, Instruksi Presiden no. 1/2006, dan Keputusan
Presiden no. 10/2006. Pemerintah juga telah menetapkan standar
biodiesel SNI 04-7182-2006 yang telah diakui oleh Badan
Standarisasi Nasional pada tanggal 22 Februari 2006. Standar ini di
formulasikan dengan membandingkannya dengan standar-standar yang telah
diterapkan di negara-negara lain, antara lain ASTM D6751 di AS
dan EN 14214:2002 di Uni Eropa. Pada 17 Maret 2006,
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (DJMG) Departemen ESDM mengeluarkan
keputusan terkait dengan kualitas dan spesifikasi dari dua jenis minyak
solar. Keputusan tersebut mengatur penggunaan fatty acid methyl
ester (FAME) sebagai campuran bagi minyak solar otomotif hingga
maksimum 10% . Campuran bahan bakar tersebut telah memenuhi standar SNI
04-7182-2006.
Di Indonesia
biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa,palm fatty acid
distillate (PFAD) dan minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada
mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai metode.
Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling
popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat
ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah
didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam
pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan
biodiesel adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home
industry) dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar
fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara.
Tabel 1. Potensi EBT
(Biofuel) di Indonesia
(diolah dari
Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025, Lampiran B, Jakarta,
2005)
Meningkatnya
kebutuhan energi dunia tidak lagi bisa dipenuhi hanya dengan mengandalkan bahan
bakar fossil sebagai sumber energi. Diversifikasi energi merupakan
solusinya, dan pengembangan bahan bakar nabati merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasinya.
Kendala di dalam
mengembangkan produksi bio-solar dari minyak kelapa sawit adalah bahwa
komoditas tersebut juga merupakan bahan baku dari industri makanan dan
kosmetik yang sudah ada sebelumnya. Oleh sebab itu, tidak tertutup
kemungkinan terjadimya konflik yang cukup potensial antara kepentingan untuk energi
alternatif dan untuk industri makanan seperti minyak goreng, mentega,
maupun kosmetik dan deterjen. Kendala yang lain adalah bahwa
bisnis bio-fuel sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah di
pasar dunia. Bisnis bio-fuel akan menguntungkan di saat harga minyak
mentah dunia tinggi; sebaliknya akan rugi apabila harga minyak mentah
rendah. Harga minyak mentah dunia yang pada awal 2011 mendekati US$ 93,-
/barrel cukup memberikan peluang untuk meraih keuntungan dari bisnis bio-fuel
tersebut. Fluktuasi harga minyak mentah dunia membuat produksi
bio-solar di Indonesia masih sebatas sebagai pencampur minyak solar (BB
fossil) dengan kadar campuran yang relatif rendah. Karena itulah maka
total produksi bio-solar dunia masih di bawah 1% dari total bahan bakar dunia
untuk transportasi.
Kompas, Rabu 12
Januari 2011, memberitakan bahwa anomali cuaca dan pertumbuhan ekonomi di Asia
Pasifik telah membuat harga CPO di Bursa Komoditas Malaysia naik dari US$
707,09 per ton pada 29 Januari 2010 menjadi US$1.141,45 per ton pada tanggal 27
Desember 2010. Pada tanggal 11 Januari 2011 sudah mencapai US$ 1.231,79 per
ton. Ada lompatan sebesar US$ 524,- per ton dari tahun 2010. Yang
sangat diharapkan oleh kalangan produsen CPO adalah bahwa Pemerintah
hendaknya meninjau kembali pajak ekspor dari minyak mentah ini agar mampu
bersaing di pasar komoditas internasional.
Pembukaan lahan
untuk perkebunan kelapa sawit banyak ditentang, bahkan produknya yang berupa
CPO mengalami pemboikotan. Alasannya adalah karena perkebunan yang bersifat monokultur ini
telah menghilangkan hutan alami yang sebelumnya merupakan habitat dari ratusan
jenis fauna maupun flora. Oleh sebab itu, sebaiknya pembukaan lahan
perkebunan tersebut dilakukan di lahan yang kurang subur, dengan tetap
mempertimbangkan dampak ekologisnya. Tanaman jarak tidak memerlukan perawatan
secara intensif karena dapat tumbuh subur di lahan dimana tanaman lain sulit
tumbuh. Pemilihan minyak jarak, dari pada CPO sebagai bahan baku
bio-solar, merupakan solusi di dalam memecahkan persaingan bisnis antara untuk
kepentingan energi dan kepentingan produk makanan. Bisnis di sektor ini
masih berpeluang bagus sejauh tidak merusak ekosistem dan
tetap mempertahankan keanekaragaman hayati.
6. Produksi Biodiesel (Biosolar)
Dari Warta Pertamina 11 Juni 2008, menuliskan bahwa “Biodiesel dapat dibuat dari minyak
kelapa sawit (crude palm oil /cpo) dan minyak jarak (crude
jatropha oil /CJO). Namun untuk sementara ini, Biosolar masih
mengandalkan CPO sebagai bahan bakunya.
Perbedaan signifikan
dengan Solar tampak dari kadar sulfur Biosolar yang sangat rendah. "Sulphur
content maksimal yang ditetapkan Pertamina adalah 500 ppm, jauh lebih
rendah dari standar Solar 3.500 ppm dan mendekati DEX dengan 300 ppm" ujar
M. Harun, juru bicara Pertamina.
Spesifikasi ini
punya makna penting. yaitu Biosolar siap dikonsumsi mobil-mobil disel modern.
Mesin diesel, masa kini dengan teknologi canggih seperti common-rail memang
membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah, Sebab sulfur bisa
memicu karat yang bisa menyumbat saluran-saluran kecil pada sistem common-rail“.
6.1. Proses Produksi Biodiesel dari Jarak Pagar
a.
Pengepresan biji jarak pagar
Beberapa metoda yang
dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak yaitu rendering, teknik pengepresan
mekanis (mechanical expression) dan menggunakan pelarut (solvent
extraction). Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari
bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan minyak dari
bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana kita
ketahui bersama, minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang trigliserida
metanol gliserin metil ester berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 35
- 45 persen. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang paling sesuai
untuk biji jarak yaitu
teknik pengepresan
mekanis. Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji jarak yaitu
pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller
pressing). Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan
tekanan. Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm.
Besarnya tekanan
yang digunakan akan mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak jarak yang
dihasilkan. Untuk teknik pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan,
biji jarak perlu mendapat perlakuan pendahuluan berupa pemasakan. Pemasakan
biji jarak bertujuan untuk menggumpalkan protein. Penggumpalan protein
diperlukan demi efisiensi ekstraksi. Dengan pengepresan hidrolik dapat
dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30 persen. Teknik pengepresan biji
jarak dengan menggunakan ulir (screw) merupakan teknologi yang lebih
maju dan banyak digunakan di industry pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan
cara ini biji jarak dipress menggunakan pengepresan berulir (screw) yang
berjalan secara kontinyu. Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan
pendahuluan bagi biji jarak yang akan diekstraksi. Biji jarak kering yang akan
diekstraksi dapat langsung dimasukkan ke dalam screw press. Tipe
alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single
screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press).
Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal (single
screw press) sekitar 25 – 35 persen, sedangkan dengan teknik pengepres
berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40 -
45 persen.
Gambar 1. Diagram
alir ekstraksi minyak dari biji jarak dengan kombinasi metode twin
screw press dan solvent extraction
b. Pengolahan
minyak jarak
Metil ester
(biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui proses
transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah
penggantian gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu
proses yang menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses
transesterifikasi yang digunakan bukanlah air melainkan alkohol. Umumnya
katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Metanol lebih umum
digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol. Transesterifikasi merupakan suatu
reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar
dihasilkan metil ester (biodiesel) maka perludigunakan alkohol dalam jumlah
berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan. Pada Gambar 2
disajikan reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol untuk
menghasilkan metil ester (biodiesel).
Faktor utama yang
mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi transesterifikasi
adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang
digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak
bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat reaksi yang diharapkan). Faktor
lain yang mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel diantaranya yaitu
kandungan gliserol pada bahan baku minyak, jenis alkohol yang digunakan pada
reaksi transesterifikasi, jumlah katalis sisa dan kandungan sabun (Jamil,2011)
6.2.
Proses Pembuatan Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel
Minyak goreng sering
kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-ulang, bahkan sampai warnanya
coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang. Penggunaan minyak goring secara
berulang-ulang akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian
membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Hal tersebut dapat menimbulkan
dampak negatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitu menyebabkan berbagai gejala
keracunan. Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan bahwa gugus peroksida
dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Karena itu,
maka penggunaan minyak jelantah secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Birowo dalam Suirta, 2008)
Proses pembuatan
biodiesel/solar dibuat dari minyak jelantah dengan melalui proses konversi
trigliserida, dalam minyak jelantah dalam minyak jelantah tersebut menjadi
metal atau etil ester dengan proses yang disebut transesterifikasi. Proses
tersebut mereaksikan alcohol dengan minyak untuk memutuskan tiga rantai gugus
ester panas dan katalis basa untuk mencapai derajat konversi tinggi dari minyak
jelantah menjadi produk yang terdiri dari biodiesel dan gliserin
(Mukhibin,2010).
Proses pembuatan
biodiesel dari minyak jelantah adalah sebagai berikut:
1.
Proses pemurnian minyak jelantah dari
pengotor dan water content
2.
Esterifikasi dari asam lemak bebas (free
fatty acids) yang terdapat dalam minyak jelantah
3.
Trans-esterifikasi molekul trigliserida ke
dalam bentuk metal ester
Reaksi
transesterifikasi mempunyai perbandingan koefisien reaksi sebagai berikut
Trigliserida:Metanol:gliserol:metil ester 1 : 3 : 3 : 1. Reaksi
transestrifikasi ini dilakukan dengan metode satu tahap (one stage method),
dimana tahapan dari reaksi ini adalah Memanaskan minyak di atas hot plate
hingga temperaturnya mencapai + 60oC sambil dilakukan pengadukan dengan
mengunakan mixer agar panasnya merata. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan
sedang dan jangan sampai terbentuk pusaran (+ 120 rpm). Menambahkan sodium
metoksida yang telah disediakan ke dalam minyak yang telah dipanaskan tersebut
sambil dilakukan pengadukan selama + 1 jam dan temperatur dijaga agar tetap konstan.
Setelah selesai larutan didiamkan selama + 8 jam hingga seluruh gliserin yang
terbentuk mengendap pada lapisan bawah terpisah dengan ester yang berada pada
lapisan atas (Tilani dan Andi, 2003) .
4.
Pemisahan dan pemurnian
Setelah proses
pengendapan selesai dilakukan pemisahan ester dari gliserin. Ester (Metil
ester) yang diperoleh kemudian dicuci dengan menggunakan air untuk melarutkan
sisasisa garam dan sabun yang terbentuk serta masih tertinggal di dalam metil
ester. Proses pencuciannya adalah dengan menambahkan air sebanyak 30 –50 % dari
volum metil ester yang dihasilkan sambil dilakukan pengadukan dengan perlahan
agar tidak menimbulkan banyak buih (sabun), setelah itu didiamkan hingga air
dan ester terpisah kemudian air bekas tersebut dipisahkan (dibuang).
5.
Pencucian
Pencucian dilakukan
hingga air buangan bekas cucian mencapai pH normal (pH 6-7), sehingga proses
pencucian sangat dimungkinkan untuk dilakukan berulangkali. Setelah pencucian
selesai kemudian dilakukan proses pengeringan untuk menghilangkan sisa air yang
masih terkandung di dalam metil ester selama proses pencucian berlangsung.
Kandungan air yang tersisa dihilangkan dengan cara dipanaskan hingga
temperaturnya mencapai 110oC agar air yang masih terkandung di dalam metil
ester tersebut dapat menguap sambil dilakukan pengadukan.
Menurut Wenten dan
Mala Hayati (2010) Selain berbagai metode diatas, terdapat metode kontemporer
yang saat ini dikembangkan untuk mengatasi kedua tantangan utama dalam proses
produksi biodiesel yaitu dengan menggunakan membran reaktor. Membran reaktor
memadukan proses reaksi dan proses pemisahan produk dalam satu tahap yang
simultan sehingga terjadi pengadukan bahan baku secara kontinu dan menjaga
proses perpindahan massa yang besar antara fasa yang saling tidak larut.
Membran reaktor dapat melakukan pemisahan reaktan yang tidak bereaksi dan
produk yang dihasilkan secara kontinu sehingga kesetimbangan reaksi bergeser ke
arah produk dan perolehan produk biodiesel tinggi.
Gambar 2. Prinsip
dasar proses produksi biodiesel dengan membran reaktor
7.
Reformulasi Biodiesel
Bahan bakar mesin
diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari minyak-lemak
nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari
asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol.
Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar
belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel
dengan (100 – XX) %-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki
kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2.
Minyak nabati
sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis
tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu
tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku
biodiesel.
Beberapa sumber
minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tabel 7.1. Sumber
bahan baku yang pontensial untuk biodiesel
Gambar. 7.1. diagram
alir pembuatan biodiesel
8.
Keunggulan Biodiesel
8.1.
Keungulan Biodiesel secara Karakteristik dan Teknis
a.
Secara karakteristik
Kepadatan volumetric
energy biodiesel sekitar 33 MJ/L, 9% lebih rendah dari petrodiesel. Kepadatan
energy biodiesel sangat bervariasi cenderung terhadap bahan baku yang digunakan
daripada proses produksi. Meskipun demikian, variasi jenis biodiesel lebih
sedikit dibandingkan petrodiesel. Hal ini menunjukkan biodiesel memberikan
pembakaran lebih sempurna sehingga meningkatkan output energy mesin dan
alternative pengganti petrodiesel.
Biodiesel memiliki
viskositas yang mirip dengan petrodiesel. Biodiesel memiliki tingkat pelumasan
lebih tinggi dan hampit tidak ada kandungan bilangan sulfur, dan seringakali
digunakan sebagai aditif untuk bahan bakar diesel rendah sulfur .
b. Standard
Teknis
Standard Eropa untuk
biodiesel adalah nomor EN 14214, dapat diartikan ke standar nasional masing-masing
negara
8.2. Keunggulan
Biodiesel dibanding bakar solar fosil
Dibanding bahan
bakar solar biodiesel memiliki keunggulan, yaitu:
a.
Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian,
sehingga dapat diperbaharui
b. Penggunaan
biodiesel 100% pada mesin diesel dapat mengurangi emisi gas CO2 sebanyak
75% diatas minyak solar,
c.
Biodiesel memilki nilai cetane yang tinggi,
volatile rendah dan bebas sulfur.
d. Ramah
lingkungan karena tidak ada emisi SOx
e.
Meningkatkan nilai produk Pertanian.
f.
Dapat diproduksi sesuai kebutuhan.
g. Menurunkan
ketergantungan suplai minyak dari Negara asing dan fluktuasi harga.
h. Biodegradable.
i.
Viskositas tinggi
j.
Menurunkan tingkat opasiti asap
k. Dapat
diproduksi secara lokal
l.
Pencampuran biodiesel dengan petroleum
diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %
8. Kesimpulan
a.
Biodiesel dapat dijadikan
salah satu alternative bahan bakar pengganti bahan bakar fosil solar.
Penggunaan biodiesel member keuntungan bagi kelestarian sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui dikonversi menjadi sumber daya alam yang berasal dari
produk biotic yang dapat diperbaharui. Efektivitas pembakaran dengan emisi yang
aman menambah keunggulan bagi Biodiesel
b.
Biodiesel dapat disintesis
dari minyak jelantah kelapa sawit melalui dua tahapan reaksi yaitu reaksi
esterifikasi dan transesterifikasi. Dari 200 mL minyak jelantah yang digunakan
diperoleh biodiesel sebanyak 157 mL atau 78,5 %.
c.
Selain dari minyak
jelantah juga dapat dibuat dengan bahan biji jarak.
d.
Biodiesel dapat diproduksi
secara local dan sesuai kebutuhan.
9. Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar