Tugas 12
Kendaraan dan Mesin Pengguna Fuel Cell
Zaenal Abidin (4209100102)
Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1. Pendahuluan
Sel bahan bakar (fuel cell) merupakan sel
elektrokimia yang mampu mengkonversi bahan bakar (fuel) menjadi energi
listrik. Sel ini dapat digunakan sebagai pembangkit listrik skala besar, maupun
skala kecil, misalnya untuk keperluan rumah tangga, atau biasa disebut dengan
microCHP (micro Combined Heat and Power) yang mampu menyediakan
kebutuhan listrik dan panas bagi rumah tangga. Fuel cell juga dapat digunakan
dalam bidang otomotif. Bahkan Brazil telah melakukan uji coba prototipe bus
fuel cell pada tahun 2009, yang bahan bakarnya, yaitu hydrogen, diproduksi dari
elektrolisis air pada suatu stasiun produksi gas hidrogen. Pada tahun 2003,
Honda juga telah meluncurkan mobil berbahan bakar hidrogen dengan menerapkan
teknologi fuel (Honda FCX). DeimlerChrysler di Eropa bahkan telah meluncurkan
proyek Sarana Transportasi Kota yang bersih untuk Eropa (CUTE = Clean Urban
Transport for Europa) akhir tahun 2001 berupa sejumlah bus berbahan fuel cell
yang beroperasi di Amsterdam, Barcelona, Hamburg, London, Luxemburg, Madrid,
dan Reykjavik (Islandia).
Berbeda dengan teknologi penghasil energi yang
berbasis pembakaran, teknologi ini bersih, karena jika digunakan hidrogen
sebagai bahan bakar, maka tidak akan dihasilkan karbon dioksida (CO2)
sebagai hasil samping produksinya. Sedangkan jika digunakan bahan bakar
hidrokarbon, yang bersumber dari bahan bakar fosil, maka karbon dioksida masih
akan diproduksi, tetapi dengan kuantitas yang jauh lebih rendah dibandingkan
karbon dioksida yang dihasilkan oleh mesin penghasil energi yang berbasiskan
teknologi pembakaran. Berkaitan dengan fleksibilitas bahan bakar yang bisa digunakan
tersebut, fuel cell juga dinyatakan sebagai teknologi yang berkelanjutan,
karena selain mengandalkan gas hidrogen murni sebagai bahan bakar, teknologi
ini juga tetap bisa menggunakan bahan bakar fosil, seperti gas metana, butana,
etanol, metanol dan sebagainya.
Gambar 1. Skema komponen-komponen penyusun fuel cell dan reaksi di
dalamnya
Prinsip dasar kerja fuel cell pertama kali ditemukan
oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Christian Frederic Schonbein pada tahun
1838, dan dipublikasikan dalam suatu majalah ilmiah. Sketsa pertama dari fuel
cell dibuat oleh Sir William Robert Grove tahun 1842 pada majalah ilmiah Philosophical
Magazine and Journal of Science. Tahun 1955, seorang ahli kimia, W Thomas
Grubb, yang bekerja pada Perusahaan General Electric, memodifikasi desain fuel
cell dengan mengaplikasikan membran penukar ion-polistiren tersulfonasi. Tiga
tahun kemudian, modifikasi dilanjutkan oleh Leonard Niedrach, dengan
mendeposisikan platinum pada membran polistiren tersebut. Platinum tersebut berfungsi
sebagai katalis (pemercepat reaksi) bahan bakar. Selanjutnya perusahaan General
Electric bekerjasama dengan NASA dalam Proyek Gemini, yang merupakan
proyek yang pertama kali mempergunakan fuel cell secara komersial.
Tahun 1959, seorang Insinyur Inggris Francis Thomas
Bacon, berhasil mengembangkan fuel cell yang mampu menghasilkan daya 5 kW. Pada
tahun yang sama, Harry Ihrig dan timnya mampu membuat fuel cell berdaya 15 kW.
UTC Power merupakan perusahaan yang pertama kali memproduksi secara komersial fuel
cell stasioner yang digunakan sebagai pembangkit energi cadangan pada rumah
sakit, universitas-universitas, maupun gedung-gedung perkantoran. Sampai akhir
2009, UTC Power telah memasarkan fuel cell dengan produksi daya mencapai 400
kW. Perusahaan ini juga tetap mensuplai fuel cell untuk NASA, selain juga
mengembangkannya sebagai sumber energi dalam bidang otomotif. Perusahaan ini
pula yang pertama kali mendemonstrasikan fuel cell untuk otomotif, yang
menggunakan membrane PEM (proton exchange membrane) yang mampu beroperasi pada
kondisi beku.
Gambar 2. Beberapa contoh penggunaan fuel cell dalam kendaraan bermotor
Jenis-jenis fuel cell dapat dibedakan berdasarkan
temperatur operasionalnya. Fuel cell yang dioperasikan pada temperatur kurang
dari atau sampai 200 oC, contohnya yaitu PEMFC (proton
exchange membrane fuel cell) dan DMFC (Direct methanol fuel cell).
Kedua jenis fuel cell tersebut sudah dalam tahap komersial, tetapi risetnya
masih berlanjut sampai sekarang dalam rangka meningkatkan efisiensinya. Fuel
cell yang dioperasikan pada temperatur sedang, yaitu antara 600 oC
– 800 oC, contohnya adalah MCFC (molten carbonate fuel cell)
yang mampu menghasilkan daya sampai 100 MW dan DCFC (Direct Carbon Fuel Cell).
Meskipun kedua jenis ini sudah sampai pada tahap komersial, risetnya juga tetap
berlangsung dalam rangka peningkatan efisiensinya. Sedangkan fuel cell yang
dioperasikan pada temperatur tinggi yaitu antara 850 oC –
1100 oC, adalah SOFC (solid oxide fuel cell). Kelebihan
dari SOFC ini adalah tidak diperlukan keberadaan katalis dalam sistemnya,
sehingga biaya produksinya dapat diturunkan, karena katalis merupakan material
yang cukup mahal serta mudah teracuni oleh hasil samping reaksi dalam sel,
yaitu karbon monoksida atau teracuni oleh kandungan sulfur dalam bahan
bakarnya.
Salah satu jenis fuel cell yang cukup menarik adalah
fuel cell yang menggunakan bakteri sebagai katalis. Tepatnya, menggunakan enzim
dari bakteri tersebut sebagai katalis, dikarenakan enzim dari bakteri mikroba
tersebut bersifat aktif secara elektrokimia, yaitu mampu mentransfer
elektron-elektron ke material lain. Pada fuel cell jenis ini, yang biasa
disebut dengan microbial fuel cell, bahan bakar dioksidasi oleh
mikroorganisme di anoda, menghasilkan elektron-elektron dan proton-proton.
Elektron-elektron ditransfer ke katoda melalui sirkuit eksternal, sedangkan
proton-proton ditransfer ke katoda melalui separator membran.
Perkembangan teknologi yang menghasilkan sumber energi
yang bersih dan dapat diperbarui sangat diperlukan saat ini, dengan tujuan
utama mengurangi pelepasan karbon dioksida ke dalam atmosfir bumi yang
berkontribusi besar pada pemanasan global. Bahkan, pemerintah Indonesia telah
menjadikan hal tersebut sebagai salah satu kebijakannya yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah RI tahun 2006. Dalam PP tersebut ditetapkan bahwa 5% dari
konsumsi energi nasional harus merupakan sumber energi baru. Dewan riset
nasional, pada tahun 2006 juga sudah mencanangkan bahwa pada tahun 2025, sel
bahan bakar dengan kapasitas 250 MW harus sudah dikembangkan. Dengan
perkembangan pesat riset-riset fuel cell di luar negeri, bahkan teknologi ini
telah memasuki tahap komersial di negara-negara maju tersebut, terutama dalam
bidang otomotif. Kita berharap bangsa Indonesia mampu secara mandiri mengembangkan
teknologi ini sehingga tidak hanya menjadi pangsa pasar bagi produk-produk fuel
cell dari Negara lain.
Saat ini para peneliti yang tergabung dalam konsorsium
Fuel Cell Indonesia (FCI) telah menghasilkan prototype skala laboratorium
pembangkit listrik tenaga (PLT) Fuel Cell dengan kapasitas 500 watt untuk
pemakaian di rumah tangga. Penelitian-penelitian pembuatan komponen-komponen
fuel cell telah dilakukan secara parsial di berbagai lembaga penelitian seperti
LIPI, BPPT, Batan, ITB, UI, Lemigas maupun PLN. Selanjutnya, prototype PLT fuel
cell tersebut akan dikembangkan untuk skala industri. Cetak biru produksi PLT
fuel cell telah dibuat oleh konsorsium FCI dan telah ada industri yang tertarik
untuk memproduksinya, yaitu Medco Energy. Dengan bantuan kebijakan
dari pemerintah baik berupa pemberian insentif maupun keringanan pajak,
diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan pembangkitan PLT fuel cell
tersebut sehingga mampu bersaing dengan pembangkit listrik konvensional yang
telah ada.
Gambar 3. PLTU Suralaya, Cilegon, Banten
Pengembangan selanjutnya adalah meningkatkan kandungan
lokal dalam PLT fuel cell, antara lain pada bahan baku polimer dan oksida padat
yang digunakan. Sedangkan gas hidrogen, sebagai bahan bakar fuel cell,
keberadaannya melimpah di Indonesia. Dari PLTU Suralaya saja, gas hidrogen
dihasilkan sebagai produk samping sebanyak 150 ton per hari, sedangkan yang
dimanfaatkan kembali untuk pembangkitnya hanya 20 ton per hari. Dengan
ketersediaan bahan bakar, bahan baku komponen fuel cell, serta para peneliti
yang kompeten, maka selayaknyalah bangsa Indonesia menyandarkan harapan pada
kelompok-kelompok riset di bidang fuel cell tersebut, baik yang berasal dari
universitas-universitas, maupun lembaga-lembaga penelitian di Indonesia untuk
mampu mengembangkan teknologi fuel cell sebagai pembangkit energi yang bersih,
secara mandiri.
2. Mesin Fuel Cell
Untuk mengurangi kadar gas beracun, telah banyak dilakukan pengembangan
pada motor
bakar dengan cara menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna,
penggunaan katalisator untuk gas buang, pemanfaatan kembali gas buang, dsb.
Langkah alternatif lain yang dilakukan adalah mengganti motor bakar dengan
jenis mesin atau peralatan penghasil
energi yang lain, seperti penggunaan batere, solar cell atau fuel
cell
A.
Fuel Cell
Ada beberapa jenis fuel cell yang
telah dicoba pada kendaraan, salah satu jenis yang paling
sesuai adalah Proton Exchange Membrane (PEM).
Gambar 4. Proton Exchange Membrane Fuel Cell
Jenis ini beroperasi pada temperatur yang rendah : 60
– 100 o C, dapat segera menghasilkan
energi tanpa harus menunggu pemanasan, bentuknya tidak
terlalu besar karena memiliki
kepadatan energi yang tinggi(high density energy).
Fuel cell adalah alat
yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini terdiri dari dua buah
elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah membrane polymer yang
berfungsi sebagai elektrolit.mMembran ini sangat tipis, ketebalannya hanya
beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke
dalam fuel cell yaitu ke bagian anoda, sedang oksigen
atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya membran, maka gas hidrogen
tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran dilapisi oleh platina tipis yang
berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah atom hidrogen menjadi elektron
dan proton. Proton mengalir melalui membran, sedang electron tidak dapat
menembus membran, sehingga elektron akan menumpuk pada anoda, sedang pada
katoda terjadi penumpukan ion bermuatan positif. Apabila anoda dan katoda
dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik, maka akan terjadi pengaliran
elektron dari anoda ke katoda, sehingga terdapat arus listrik. Elektron yang
mengalir ke katoda akan bereaksi dengan proton dan oksigen pada sisi katoda dan
membentuk air. Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell
Anoda : 2H 2 ⇒ 4H + +4e
-
Katoda : 4e - + 4H + + O2 ⇒ 2H2O
Untuk mengalirkan hidrogen, oksigen atau udara ke
dalam fuel cell, maka lapisan luar dari
cell ini dibuat
dari lembaran bipolar yang diberi kanal-kanal untuk
lewatnya gas maupun air
pendingin agar temperatur fuel cell dapat
selalu terkendali. Satu unit fuel cell tidak terlalu
besar, tebalnya ada yang hanya 2 mm, untuk menghasilkan energi yang cukup, maka
beberapa fuel cell harus ditumpuk menjadi satu disebut fuel
cell stack.
B.
Bahan Bakar
Untuk mendapatkan energi yang diolah oleh fuel cell,
yaitu dari bahan baku gas hidrogen,
maka perlu diketahui berapa banyak gas hidrogen yang
harus dibawa agar kendaraan dapat beroperasi sesuai dengan standar apabila menggunakan
bahan bakar bensin atau solar.
Dari tabel 1 dapat dihitung berapa kebutuhan hidrogen
untuk mendapatkan energi setara
dengan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Pada
kondisi normal gas hidrogen mempunyai berat jenis sangat rendah:
γH2 : 9.10-5kg/l.
Untuk memperoleh energi yang setara dengan bahan bakar
bensin dibutuhkan gas hydrogen dengan volume sebesar 3000 kali lebih banyak, tetapi
dari segi berat, hidrogen yang dibutuhkan hanya ¼ dari berat bensin
Tabel 1. Energi yang Dihasilkan oleh Bahan Bakar
Permasalahan yang dihadapi pada kendaraan adalah
menyangkut tangki bahan bakar. Apabila bahan bakarnya berupa gas hidrogen, maka
harus disediakan jumlah yang sangat besar. Ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan tangki bertekanan, yang tentunya akan mempunyai dinding yang tebal dan
katup pengaman. Selain itu juga perlu adanya kompressor untuk memasukkan ke dalam
tangki. Apabila yang dibawa hidrogen cair, maka
akan timbul kesulitan karena harus dipertahankan pada
temperatur -253,15o C pada tekanan 105 Pa. Dengan demikian membawa hidrogen
dalam kendaraan untuk saat ini masih sangat problematis, tetapi sebagai
gantinya dapat,digunakan bahan bakar lain misalnya methanol. Methanol cair
mempunyai kepadatan energi dan berat jenis yang mendekati bensin, merupakan
alternatif yang lebih baik untuk bahan bakar kendaraan, walaupun methanol masih
menghasilkan CO2 yang sama dengan motor bakar yang menggunakan bensin menurut
standar Ultra-Low Emission Vehicle (ULEV), tetapi untuk
kandungan gas beracun lainnya jauh lebih kecil (Grafik dibawah). Untuk
mendapatkan gas hidrogen dari methanol dibutuhkan suatu proses melalui sebuah
alat yang disebut reformer, dengan proses ini dibutuhkan
panas dan uap air dan hal ini akan menyebabkan menurunnya efisiensi bahan bakar.
Gambar 5. Komposisi
Gas Buang untuk Motor Bakar dan Fuel Cell
C. Konsep Desain Kendaraan
Pada desain
kendaraan yang sangat menentukan adalah berat awal kendaraan, jarak tempuh,
kecepatan dan percepatan. Berat awal kendaraan merupakan penentu untuk daya angkut.
Kemampuan menempuh jarak tertentu tanpa harus mengisi bahan bakar juga merupakan
kriteria. Kecepatan dan percepatan kendaraan akan menentukan daya yang dimiliki
oleh kendaraan. Penghematan energi dan zero emission merupakan trend yang tidak
dapat diabaikan lagi. Hal-hal di atas ini merupakan kriteria yang sangat
menentukan
dalam
memilih mesin penggerak kendaraan. Adanya kendala-kendala pada motor bakar, mengakibatkan
perlunya dicari suatu sistem yang baru yang lebih baik dan menguntungkan untuk
menggantikan motor bakar yang menggunakan fossil fuel. Oleh
karena suatu sistem yang baru tidak akan mungkin menggantikan sistem yang telah
ada dalam waktu yang singkat, maka perlu ada suatu masa transisi, yang mampu
menjembatani peralihan sistem tersebut, salah satu sistem yang pada waktu ini banyak
diterapkan yaitu sistem hybrid, yang menggabungkan dua sistem ke dalam sebuah kendaraan,
misalnya motor bakar dan batere sebagai sistem penggerak
Percobaan
dengan menggunakan fuel cell telah dilakukan dengan
menggabungkan fuel cell dengan batere. Kesulitan yang
masih ada pada fuel cell dapat teratasi dengan menggunakan
batere sebagai sistem pengganti. Sistem hybrid ini walaupun memiliki kelebihan tetapi
harganya menjadi mahal, karena sistemnya lebih kompleks. Untuk menggantikan
suatu konsep teknologi yang sudah berjalan selama lebih dari satu abad dibutuhkan
suatu pemikiran dan perencanaan yang sangat matang dan melalui pengujian-pengujian
oleh semua pihak terkait. Desain pemanfaatan fuel cell untuk
kendaraan masih merupakan hal yang tergolong baru. Walaupun pengenalan
teknologi ini bagi kendaraan sudah ada sejak 40 tahun, tetapi pelaksanaan yang
benar-benar diikuti oleh semua pihak, baru berlangsung 8 tahun ini. Dengan
diterapkannya sistem yang baru ini, maka beberapa komponen kendaraan masih harus
diganti atau dikembangkan. Beberapa komponen yang mutlak diganti adalah komponen
pada sistem bahan bakar, sistem motor, sistem pelengkapan penggerak(drive train),
sistem kontrol, sistem pembuangan gas dan yang sangat menentukan adalah infrastruktur
penunjang sistem ini
C.1 Tangki
Bahan Bakar
Seperti
telah disinggung sebelumnya untuk mengangkut hidrogen di dalam kendaraan ada
kendalanya.
Hidrogen cair menuntut temperatur yang sangat rendah (-253oC), sedang gas hidrogen
dengan low density energy harus
dibawa
dalam kondisi bertekanan agar dapat memberikan volume yang diharapkan. Tabung hidrogen
yang bertekanan tinggi dalam volume yang cukup tentunya membutuhkan material yang
memadai dilihat dari segi kekuatan maupun berat dan segi keamanannya. Hidrogen
yang dibutuhkan oleh kendaraan sedan umum untuk menempuh jarak sejauh 560 km
diperlukan 350 l dengan tekanan 25 Mpa. Mengangkut hidrogen sebanyak ini
membutuhkan ruang yang cukup besar, ruang ini sebenarnya dapat digunakan untuk
keperluan lain. Kendaraan seperti bis dan truk, memungkinan membawa bahan bakar
sebanyak itu, tetapi harus diingat akan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
Apabila ada kebocoran, dapat terjadi ledakan karena adanya listrik static. Untuk
mencegah hal ini, sistem harus dilengkapi dengan katup pengaman pada saat pengisian
C.2 Reformer
Untuk menghindari kendala yang ditimbulkan oleh
hidrogen, maka dapat diganti dengan
methanol(methyl alcohol), yang mempunyaisifat
cair pada kondisi lingkungan yang normal
(<64,5oC). Methanol dicampur dengan uap air didalam
sebuah reformer dan dengan adanya
katalisator akan terbentuk gas hidrogen yang diperlukan.Reaksi
kimia dari methanol:
CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2
Methanol yang berbentuk cair pada temperatur udara
normal memungkinkan untukditampung di dalam tangki dengan ukuran
standar kendaraan. Methanol bersifat asam,mudah
terurai kalau bercampur dengan air dan
mudah menguap, sehingga memerlukan tangki khusus yang
rapat. Dengan digunakannya reformer untuk mendapatkan
hidrogen, maka efisiensi menjadi
agak menurun. Apabila methanol dapat langsung digunakan tanpa memakai reformer, seperti yang sedang dicoba oleh Daimler Chrysler, efisiensi tidak akan menurun.
agak menurun. Apabila methanol dapat langsung digunakan tanpa memakai reformer, seperti yang sedang dicoba oleh Daimler Chrysler, efisiensi tidak akan menurun.
C.3. Sistem Penyaluran Bahan Bakar dan Udara
ke Fuel Cell
Hidrogen yang terdapat di dalam tangki mempunyai
tekanan 25 Mpa. Hidrogen ini disalurkan keluar melalui pipa dan katup pressure
regulator yang akan menurunkan tekanannya hingga 1 Mpa. Gambar 6
adalah skema sistem suplai bahan bakar dari tangki ke fuel cell pada
Hybrid Electric Future Car yang didesain oleh Mechanical
Engineering Department, Virginia Polytechnic Institute and State University, di
Virginia, USA.
Gambar 6. Sistem
Penyimpanan dan Suplai Hidrogen
Tekanan hidrogen yang masuk ke fuel cell
diatur sebesar 69 kPa(10 psi), dengan menggunakan pressure regulator kedua,
diubahlah tekanan 1 MPa menjadi 69 kPa. Kelembaban hidrogen sebelum
masuk fuel cell harus dikendalikan, karena air yang
masuk ke dalam cell dapat merusaknya. Hidrogen sendiri
harus memiliki kadar kelembaban tertentu pada saat masuk ke dalam cell. Hal
ini dilakukan di dalam humidification chamber yaitu dengan
menyemprotkan kabut air pada aliran hidrogen. Berdasar percobaan
pada fuel cell, kelem-
baban yang diharapkan adalah 60% untuk temperatur
operasi 60o C. Untuk mencegah masuknya air ke dalam fuel cell, maka
sebelumnya dipasangi water separator yang mampu
mengambil air dari aliran gas hidrogen. Selain sistem
bahan bakar ini, masih ada beberapa sub sistem yang juga berperan dalam mengendalikan
agar fuel cell selalu dalam keadaan yang baik. Sub
sistem tersebut adalah sistem udara, sistem air yang deionisasi, system pendingin fuel
cell, dan sistem kelembaban hidrogen. Udara yang akan dipakai untuk
bereaksi dengan proton dan membentuk air, harus mempunyai kelembaban dan
temperatur tertentu. Gambar 7 menunjukkan skema proses suplai hidrogen, udara
dan air, sebelum memasuki fuel cell. Selanjutnya ditampilkan pula
pengaturan temperatur pada fuel cell.
Gambar 7. Skema
Sistem Fuel Cell
C.4 Sistem Thermal untuk
Mengatur Temperatur Fuel Cell
Berhubung proses pembentukan energy listrik akan
menimbulkan panas sebagai hasil sampingan fuel cell,
sedangkan panas yang berlebihan pada fuel cell dapat
merusaknya, maka panas ini harus disalurkan keluar. Dengan adanya pengaturan
panas seperti yang tercantum pada gambar 3 yang menggambarkan secara skematis
dan gambar 4 menunjukkan rangkaian komponen pengatur panas, maka
temperatur fuel cell dapat terkendali.
Gambar 8. Skema Sistem Pengaturan Panas
Air yang di “de-ionized” dipompa masuk ke dalam fuel
cell dan mengambil kelebihan panas
yang terbentuk kemudian menuju ke heat exchanger dan membuang panas tersebut. Selanjutnya air yang dingin masuk ke dalam reservoir. Karena reservoir selalu berisi air maka pompa tidak akan kosong, sebagian air yang tidak masuk ke dalam fuel cell akan dialirkan ke de-ionizer untuk dibersihkan dan kembali ke reservoir. Hal ini diperlukan untuk menjaga kondisi fuel cell tetap prima dan tidak mudah rusak. Selain kondisi air yang perlu diperhatikan, temperatur dan kualitas bahan bakar maupun udara juga harus selalu dikontrol. Selain energi listrik, fuel cell juga mengeluarkan air dan panas. Kedua komponen
yang terbentuk kemudian menuju ke heat exchanger dan membuang panas tersebut. Selanjutnya air yang dingin masuk ke dalam reservoir. Karena reservoir selalu berisi air maka pompa tidak akan kosong, sebagian air yang tidak masuk ke dalam fuel cell akan dialirkan ke de-ionizer untuk dibersihkan dan kembali ke reservoir. Hal ini diperlukan untuk menjaga kondisi fuel cell tetap prima dan tidak mudah rusak. Selain kondisi air yang perlu diperhatikan, temperatur dan kualitas bahan bakar maupun udara juga harus selalu dikontrol. Selain energi listrik, fuel cell juga mengeluarkan air dan panas. Kedua komponen
ini harus selalu dikeluarkan dari fuel
cell sebagai hasil pembuangan, sedang gas buang yang lain seperti halnya
pada motor bakar biasa tidak ada.
C.5 Kelengkapan Penerus Energi (Drive Train)
Berbeda dengan motor bakar yang meng hasilkan energi
mekanik, hasil energi dari fuel
cell adalah listrik,
sehingga bentuk kelengkapan penerus energi akan mengalami perubahan yang sangat
drastis. Pada kendaraan konventional ada kopling dan gear box yang
memindahkan energi mekanik dari motor bakar ke poros roda, pada sistem yang
baru ini
digunakan jenis komponen yang berbeda. Gambar 9
menunjukkan skema dari pada sistem bahan bakar, sistem fuel cell dan
system kelengkapan penerus(drive train) pada sebuah truk Chevrolet
Suburban yang dimodifikasi. Kendaraan Chevrolet yang telah dimodifikasi menjadi fuel cell hybrid
electric truck, mempunyai dua sistem penggerak yang menghasilkan
energi listrik yaitu fuel cell dan batere.
Tabung hidrogen memberikan bahan bakar untuk fuel
cell stack dan bereaksi dengan oksigen yang
diperoleh dari kompresor udara. Energi listrik yang dihasilkan oleh boost
converter diteruskan menuju inverter motor dan oleh transaxle diubah
menjadi energi mekanik yang mampu memutar poros roda.
Gambar
9. Skema Sistem Bahan Bakar, Fuel Cell dan Drive Train
Energi listrik dari fuel cell stack mempunyai
tegangan 60 – 110 V sedang tegangan kendaraan yang lain 336 V, sehingga perlu
ada suatu interface, yang digunakan adalah boost
converter, selain itu converter juga berfungsi sebagai
beban dari fuel cell. Variasi beban yang diberikan oleh boost
converter sesuai kebutuhan, dapat memberikan peningkatan efisiensi
dari sistem tersebut. Traction inverter adalah pengubah arus searah(DC)
yang dihasilkan fuel cell menjadi arus bolak balik(AC)
yang digunakan untuk menggerakkan motor. Motor listrik ini akan menggerakkan system
transaxle dan mengubahnya menjadi tenaga penggerak mekanis
yang dapat memutar poros roda. Untuk mengatur kendaraan, termasuk pengaturan
kecepatan, pengereman, posisi jalan, berhenti, mundur, maju, netral, dilakukan
dengan menggunakan Vehicle Interface Module
(VIM), bahkan impuls untuk bermacam-macam sinyal seperti kondisi tegangan,
temperatur, tekanan, speedometer, tachometer, dan
sebagainya diberikan dari VIM. Pada gambar 10 dapat
dilihat posisi pengatur kendaraan untuk mengatur kecepatan dan perlambatan
dihubungkan dengan komponen kendaraan yang lain. Gambar 11 dan 12 menunjukkan
penempatan komponen-komponen pada kendaraan sedan dan truk.
Gambar 10.
Skema Sistem Bahan Bakar, Fuel Cell dan Drive
Train
Gambar 11.
Penempatan Komponen pada Truck
Gambar 12. Penempatan Komponen
Berhubung kendaraan-kendaraan ini adalah fuel cell hybrid
electric car dan – truk, maka menggunakan batere yang tentunya memakan
tempat yang cukup luas. Pada sedan, berat dari batere itu sangat membebani
kendaraan, sehingga kapasitas angkut akan berkurang. Masalah penting yang
dihadapi oleh batere adalah waktu pengisian yang sangat lama
7. Kendaraan pengguna Fuel
Cell
Fuel Cell Vehicle (FCV) yang
didukung oleh sel bahan bakar, yang menghasilkan listrik dari hidrogen, yang
tidak hanya ramah lingkungan dan sangat hemat energi, tapi juga dapat
diproduksi dengan menggunakan berbagai bahan baku tersedia. Berkat
karakteristik ini, bahan bakar kendaraan sel yang ideal untuk mencapai
mobilitas yang berkelanjutan.
Prinsip Kerja
Pada kecepatan jelajah yang stabil , motor ini didukung oleh energi dari sel-sel bahan bakar. Ketika Anda membutuhkan lebih banyak daya, misalnya saat akselerasi berat, output dari baterai melengkapi sel bahan bakar. Sebaliknya, pada kecepatan rendah bila kurang diperlukan, kendaraan berjalan hanya pada baterai. Selama perlambatan fungsi motor sebagai generator untuk menangkap pengereman energi, yang tersimpan di baterai.
Salah satu mobil fuel cell Toyota yang sudah diperkenalkan ke publik adalah Toyota Highlander FCHV (Fuel Cell Hydrogen Vehicle). Mobil ini sudah teruji melakukan perjalanan jauh. Di Jepang, Toyota Highlander FCHV terbukti mampu melakukan perjalanan Tokyo-Osaka sejauh 560km dengan satu tangki hydrogen.
Sampai saat ini teknologi fuel-cell masih mahal karena teknologi yang dipakai dan fakta bahwa masih belum ada teknologi yang bisa menyimpan hydrogen dalam mobil agar mobil ini memiliki daya jelajah sejauh mobil konvensional.
Prinsip Kerja
Pada kecepatan jelajah yang stabil , motor ini didukung oleh energi dari sel-sel bahan bakar. Ketika Anda membutuhkan lebih banyak daya, misalnya saat akselerasi berat, output dari baterai melengkapi sel bahan bakar. Sebaliknya, pada kecepatan rendah bila kurang diperlukan, kendaraan berjalan hanya pada baterai. Selama perlambatan fungsi motor sebagai generator untuk menangkap pengereman energi, yang tersimpan di baterai.
Salah satu mobil fuel cell Toyota yang sudah diperkenalkan ke publik adalah Toyota Highlander FCHV (Fuel Cell Hydrogen Vehicle). Mobil ini sudah teruji melakukan perjalanan jauh. Di Jepang, Toyota Highlander FCHV terbukti mampu melakukan perjalanan Tokyo-Osaka sejauh 560km dengan satu tangki hydrogen.
Sampai saat ini teknologi fuel-cell masih mahal karena teknologi yang dipakai dan fakta bahwa masih belum ada teknologi yang bisa menyimpan hydrogen dalam mobil agar mobil ini memiliki daya jelajah sejauh mobil konvensional.
Fuel Cell Daihatsu, Hasil Pengolahan Air Murni dan Hidrogen
Mesin dan motor penggerak listrik semuanya berada di bagian bawah, diklaim bakal kurang cocok di negara-negara yang biasa dilanda banjir. Karena akan berbahaya bagi pengendara |
Salah
satu teknologi masa depan yang dipamerkan oleh Daihatsu adalah mobil dengan
prototipe fuel cell, berbahan bakar air dan hidrogen. Teknologi mobil listrik
yang tergolong baru ini sudah pernah di pamerkan oleh Daihatsu tapi masih
banyak yang perlu dikembangkan. Karena untuk bodi dan kerangka mobilnya sendiri
belum ada.
“Sebenarnya mobil listrik konsep ini merupakan mobil yang telah mengadopsi teknologi masa depan dari Daihatsu. Kendati modelnya belum ada, namun sirkuit dan cara kerja mesin penghasil listrik yang menggerakkan motor traksinya sudah ada. Di Jepang sendiri mobil ini diprediksi baru akan dipopulerkan pada 2015 mendatang,” ungkap Satriyo Budi Utomo, Product Specialist & Product Planning Department, PT Astra Daihatsu Motor.
Cara kerjanya sendiri sebenarnya cukup kompleks, karena menggunakan bahan bakar hidrogen dan air distilasi. Yaitu air dan hidrogen yang dipompakan kedalam baterai utama, kemudian udara bertekanan juga di masukkan. Jalur udara bertekanan ini ada dua, yaitu udara dingin dan panas, yang berfungsi untuk menekan air distilasi dan hidrogen ke dalam kisi-kisi baterai utama.
Nah, dari baterai utama inilah tercipta arus listrik yang diperlukan untuk menggerakkan motor traksi roda depan. Selain mengalirkan tenaga listrik ke motor traksi, baterai utama juga menyisihkan tenaganya di baterai cadangan.
“Namun yang paling boros digunakan adalah air distilasi, karena inilah yang menciptakan arus listrik lebih banyak. Sementara penggunaan hidrogen tidak akan terlalu banyak. Karena menggunakan bahan bakar air, maka yang keluar melalui pipa pembuangannya nanti juga berbentuk tetesan air,” imbuh Satriyo kemudian.
Dengan sistem kerja tersebut, tentunya kendaraan listrik dari Daihatsu yang satu ini bakal lebih aman. Sayangnya harga hidrogen untuk saat ini masih cukup tinggi. Namun diperkirakan paling lambat tahun 2015, di Jepang mobil ini akan mulai di produksi.
Kendaraan Bahan bakar sel
Dari tahun 2000 hingga 2005, 95 kendaraan berbahan
bakar ringan sel ditempatkan di California dan bepergian lebih dari 220.000 mil
di jalan California dan jalan raya. Mobil-mobil ini masih sedang diuji dan
tersedia untuk armada sedikit dan konsumen.
Fuel cell bus sedang diuji di Transit Sun Line di
Thousand Palms, Alameda-Contra Costa Transit (AC Transit), dan Santa Clara
Valley Transportation Authority (Santa Clara VTA). Bus mulai beroperasi pada
tahun 2005.
Selain itu, bus sedang diuji di District Sacramento
Municipal Utility dan University of California di Davis.
kendaraan
bertenaga hidrogen, kendaraan dengan bahan bakar alternatif yang menggunakan
hidrogen sebagai bahan bakarnya.
Kendaraan ini mengubah energi kimia hidrogen menjadi energi mekanik baik itu hidrogen terbakar di mesin dengan pembakaran internal, ataupun dengan mereaksikan hidrogen dengan oksigen dalam sel bahan bakar untuk menjalankan motor listrik.
1. Aston Martin DBGT 2025
Mobil ini mampu melaju dengan bahan bakar yang berasal dari air setelah melalui proses elektrolisis, yang mengarah ke nol emisi. Aston Martin DBGT 2025 adalah salah satu desain mobil terbaik masa depan. Aston Martin tampak berkelas dan sangat menarik
2. Honda FC Sport
Perusahaan telah merilis FC Sport, yang merupakan design mobil sport berbahan bakar sel hidrogen yang pernah ditampilkan pada event di LA Auto Show.
FC Sport didasarkan pada V-Flow Stack dari konsep FCX Clarity. Mobil ini menggabungkan high-power fuel cell stack, yang terletak di antara tempat duduk belakang, dan baterai cadangan diletakkan di tengah mobil.
3. BMW HR2 Hybrid Car
BMW juga mengembangkan mobil bahan bakar sel, dengan menggunakan teknologi mobil hibrida. BMW menjanjikan untuk meluncurkan versi dual-mode Seri 7 saat ini selama siklus produksi model ini, dengan demikian mobil pertama dari jenisnya dapat melaju dengan bahan bakar hidrogen dan bensin.
4. Jaguar C-XC
Jaguar C-XC hadir dengan sel drive berbahan bakar hidrogen yang terpasang di bawah permukaan salah satu kacanya, yang meliputi seluruh panjang mobil, ditambah dengan estetika Aerodynamic.
Roda mobil juga ditutup untuk lebih meningkatkan sifat Aerodynamic. Selain didukung oleh mesin nol-emisi, bahan yang digunakan untuk membangun tubuh mobil memiliki dampak lingkungan yang minimal. Mobil dirancang bangun dari kulit sayuran dan daur ulang botol PET.
5. General Motors' HydroGen4
HydroGen4 menggunakan 440 sel hidrogen tunggal yang menggabungkan hidrogen dari serat dengan tangki penyimpanan karbon dan oksigen dari udara untuk menghasilkan listrik, yang kemudian mendorong mobil menghasilkan kecepatan maksimum 100 mph.
Mobil ini dari saat berhenti hingga melesat dengan kecepatan 62 mph hanya membutuhkan waktu 12 detik.
6. RT20
RT20 juga didukung oleh hidrogen cair. Dengan mesin V6 twin-turbo berbahan bakar hidrogen ini sangat menjanjikan kenyamanan dalam berkendara serta dilengkapi fitur-fitur keamanan yang lengkap.
Suspensi pegas yang biasanya berbasis konvensional diganti dengan elektromagnet untuk respon yang lebih baik.
7. H2 Racer
Mobil dengan Zero-Emisi telah dirancang untuk pembalap tercepat di dunia yang berbahan bakar hidrogen pada tahun 2009.
Selain bertujuan untuk memecahkan rekor, mobil ini juga telah dirancang untuk menunjukkan kekuatan bahan bakar bersih seperti hidrogen ke seluruh dunia.
Mobil ini didukung oleh mesin dengan pembakaran internal yang telah dimodifikasi untuk melaju dengan hidrogen. Dengan mesin yang ecofriendly, mobil ini diperkirakan mampu mencapai kecepatan lebih dari 170km / jam.
8. Mazda TONBO
Dirancang oleh Dedek Design dan Mazda Eropa, mobil dengan sel bahan bakar hidrogen ini dipastikan mengeluarkan air murni dari knalpotnya.
Sama halnya dengan Rinspeed Scuba, mobil ini juga dirancang dapat dikemudikan di air. Fitur lain yang inovatif dari mobil ini adalah penggunaan sistem parkir anti-perusak.
9. Ronn Motors Scorpion Roadster
Roadster yang didukung mesin bertenaga hidrogen / bensin yang tidak hanya memastikan emisi rendah, tetapi juga menjanjikan sensasi yang dikenal untuk sebuah supercar. Scorpion dilengkapi dengan body dengan tampilan berkelas dan futuristik.
10. Honda PUYO
Honda PUYO diaktifkan oleh sel bahan bakar hidrogen. Sebuah karya yang inovatif, dengan berbentuk kotak halus yang lembut dan memberikan ruang maksimum. Body yang seluruhnya hampir transparan menjadikannya berpenampilan paling unik.
Tak hanya untuk mobil, teknologi fuel cell masih
berkembang secara luar biasa meskipun banyak kendala yang dihadapi. Berikut
adalah contoh-contoh kendaraan yang berhasil diciptakan dengan menggunakan
teknologi fuel cell:
Gambar 13. Perahu fuel cell pertama kali di dunia yang
tersertifikasi. (HYDRA) di Leipzig/Jerman
Gambar 14. Toyota FCHV PEM FC fuel cell Vehicle
Gambar 15. Fuel Cell Bus oleh Mercedes Benz di London
7. Kesimpulan
Mengingat makin mendesaknya pencarian jalan keluar
untuk mengatasi problem yang ditimbulkan oleh motor bakar yang menggunakan
bahan bakar fosil, maka sudah sewajarnya kalau fuel
cell yang mampu menandingi motor bakar konvensional dari segi teknis,
mendapatkan prioritas khusus untuk dipertimbangkan penggunaannya pada
kendaraan. Berbagai jenis komponen kendaraan seperti tangki bahan
bakar, fuel processor, drive train dan
alat-alat kontrol untuk mengendalikan kendaraan nantinya akan menggantikan system
yang lama, masih harus lebih banyak dikembangkan dan diteliti untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Hal ini akan terus dilakukan oleh para teknisi dan tenaga
ahli lainnya
8. Referensi
http://www.1000guru.net/htmls/articles/Ed2-Kim-FuelCell.html
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/ Suhada, hendrata. Fuel Cell Sebagai Pengganti Motor Bakar Pada Kendaraan. Universitas
Kristen Petra: Surabaya
http://blogmechanical.blogspot.com/2011/08/prinsip-kerja-fuel-cell.html
http://adrian222.blogspot.com/2012/12/7-mobil-yang-menggunakan-air-sebagai.html
http://teknikfisika.wordpress.com/
http://anti-basabasi.blogspot.com/2011/08/10-mobil-terbaik-yang-menggunakan-air.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar